sebelumnya di sini
“Lo nggak pesan makanan?” tanya Agni
saat menyadari di meja Tantra hanya ada secangkir kopi. Tak ada makanan apapun.
Tantra menggeleng. “Ini cukup kok,”
jawabnya kemudian.
“Belum sih, tapi nanti aja kalau
gue…,”
“Makan itu nggak boleh
ditunda-tunda!” dengus Agni. Ia memang tak pernah menyukai orang yang menunda
makan. Apapun alasannya. Pengalaman mengajarkan pada Agni, makan adalah
kebutuhan pokok manusia yang jangan sekalipun terabaikan.
“Sakit baru tahu rasa loh!”
Gerr… cewek ini mulutnya!
Tantra meringis. Gadis dihadapannya
memang benar-benar memiliki sifat yang menyebalkan. Tak hanya jutek, mulutnya
juga pedas.
“Permisi!”
Tantra yang baru mau membuka mulut
urung. Seorang pelayan wanita tampak membawakan makanan ke mejanya. Pesanan
Agni.
“Makan gih! Tadi kan teman gue pesan
buat dua orang,” ujar Agni yang membuat Tantra manggut-manggut.
“Sesibuk apapun lo, makan tuh jangan
lupa!” Lagi-lagi Agni berbicara. “Lo sibuk kerja buat keluarga kan? Tapi kalau
sakit, yang repot siapa? Keluarga juga kan?”
Deg.
“Mungkin sekarang lo baik-baik aja.
Tapi nggak tahu nanti.”
Agni benar-benar bermulut pedas.
Namun jauh di lubuk hatinya, Tantra mengakui kebenaran itu. Harus diakui, jadwal
makannya cukup berantakan karena pekerjaan yang cukup banyak. Bahkan tak jarang
ia hanya makan sekali sehari.
“Udah jangan bengong aja! Makan gih!”
Tantra tersenyum tipis. Pelayan sudah
pergi dan di mejanya kini tersaji makanan yang sesungguhnya mengundang selera.
“Thanks.” Katanya tulus pada Agni.
Bukan, bukan pada makanan, tapi pada kata-kata Agni yang menohok dirinya.
“Bayar!”
“Hah?” Tantra melongo bingung sesaat.
“Eh, I—iya iya, nanti aku bayarin…” Ujarnya kemudian, saat mencoba mencerna
ucapan Agni sebelumnya.
“Antar gue pulang aja sebagai
bayarannya.”
Ucapan Agni makin membingungkan
Tantra.
“Makanan ini udah dibayarin teman
gue.” Jelas Agni yang seketika membulatkan mulut Tantra. “Jadi sekarang mending
kita abisin nih makanan daripada sia-sia duit teman gue,”
Kepala Tantra kembali mengangguk.
Kini ia menuruti ucapan Agni dengan meraih sendok dan mulai menyuapkan makanan
masuk ke mulutnya. Dalam hati ia merutuk, ini cewek kenapa sikapnya begitu
menyebalkan sih?
Eh tapi…
Diam-diam Tantra melirik Agni.
Sejujurnya hatinya menghangat karena kata-kata Agni. Gadis itu mengingatkan
dirinya soal pentingnya makan. Ah, sepertinya sudah begitu lama tak ada yang
berbicara seperti itu padanya. Kecuali orang tuanya tentunya.
“Kamu balik kapan?”
Pertanyaan Tantra seketika
mengerutkan dahi Agni. Tantra yang memahami kebingungan Agni pun mencoba
mengulas senyum. “Kamu kan ngeliput KTT Asean?”
“Oh,” Mulut Agni membulat, tetapi
kerutan di dahinya tak lenyap begitu saja. “Lo nonton siaran gue,”
Tantra mengangguk. “Berita pagi nggak
pernah aku lewatin,”
“Oh ya?”
Tantra kembali mengangguk. “Kebiasaan
kayaknya. Keluargaku nggak pernah absen untuk nonton berita di pagi hari,”
Agni pun manggut-manggut mendengar
penjelasan Tantra. Ada sedikit rasa bahagia menyelusup hatinya. Profesinya
bermanfaat bagi orang lain. Ah, tak sia-sia juga berangkat dini hari.
“Thanks,”
Hah?
Tantra mengangkat kepalanya lalu
menatap Agni. Pendengarannya tak salah
kan?
“Kenapa ngeliatin gue kayak gitu? Ada
yang salah?”
Pertanyaan Agni seketika menarik
kesadaran Tantra. “Eh, eng—nggak. Nggak papa Cuma…”
“Cuma apa?”
Tantra menghela napas pendek sesaat.
“Cu—cuma lo tadi bilang apa? Sorry aku nggak dengar,”
“Oh tadi…,” Agni tersenyum. “Gue
bilang makasih. Senang rasanya apa yang gue lakuin bermanfaat dan ditunggu
orang lain.”
Oh gitu…
Tunggu! Itu tadi apa?
Agni tersenyum?
Tantra mendesah panjang. Kenapa dia jadi terlihat begitu cantik?
***
“Ide sinting!”
“Gila lo ya!”
Askar terbahak. Ia sedang bersama
Hugo. Meski tak sering, Askar selalu menyempatkan mengunjungi restoran milik sahabatnya
tersebut sekaligus menghabiskan waktu bersama. Biar bagaimanapun, Hugo temannya
sejak kecil. Lelaki itulah yang paling mengenal dirinya.
“Lo nggak mikir apa mereka akan
merasa tertipu?”
Pertanyaan Hugo dijawab kekehan oleh
Askar. “Nggak! Mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bonus gue malah.”
“Maksud lo?” Mata Hugo memicing curiga.
“Lo serius mau cari istri atau…”
“Kalau ada yang menarik kenapa
tidak,” potong Askar dengan mata berkedip. Namun segera dipahami Hugo.
“Gila lo ya! Lo kira mereka semua mau
tidur sama lo, hah?”
“Oh ya?” sebelah alis Hugo terangkat.
“Siapa yang bisa menolak pesona gue,”
Hugo berdecak. Narsis, huh!
“Lo nggak mikir karma apa?” gerutu
Hugo. “Lagian apa sih rencana lo sebenarnya?”
“Bukan apa-apa. Hanya menuruti
kemauan bos besar.” Ucap Askar.
Hugo menggeleng beberapa saat sebelum
kemudian kedua tangannya terangkat. “Terserah lo! Lakuin apa yang mau lo
lakuin,” katanya.
“Tapi gue ingatin, lo nggak bisa
selamanya bersikap seperti ini. “
Bahu Askar mengedik. Tak lama ia
beranjak dari kursi.
“Mau kemana lo?” Hugo mendongak.
“Makan selesai jadi waktunya cari
kesenangan,” seringai Askar lebar. “Lo kira gue betah menghabiskan malam sendiri
di ranjang yang dingin.”
“Sial!”Hugo memaki. “Lo emang
bajingan sejati, Kar!”
***
Ada yang berbeda dengan hari yang
Agni lalui sekarang. Siapa lagi kalau bukan kedatangan Askar yang masih
demikian gencar mengajaknya pergi bersama. Meski nyaris seminggu berlalu,
laki-laki itu masih tak menyerah.
Dalam hati Agni tak henti mencibir
jika menemukan sosok itu kembali muncul.
“Tujuan lo sebenarnya apa sih?” tanya
Agni dengan mata memicing curiga saat Askar kembali mendatanginya.
Senyum Askar mengembang. “Nggak ada
tujuan apa-apa. Lagian apa salahnya sih aku ajak makan bareng? Lagian dulu juga
kita sering melakukannya,”
Bibir Agni mencebik. Dulu!
“Dulu kan kita kerja bareng.” Sahut
Agni. “Tapi sekarang jelas kita nggak ada urusan, Kar.”
“Oh ya?”
Agni mengangguk. Askar terkekeh.
“Tapi kurasa kita ada urusan. Oh, ayolah Agni! Makan siang bersama nggak ada
salahnya kan?”
Helaan napas panjang terdengar. Agni
terdiam berpikir. Askar yang dikenal memang pribadi yang keras. Ia terbiasa
mendapatkan apa yang diinginkan. Jadi percuma juga ia menolak, karena Askar
akan terus memaksanya.
“Fine!
Kita lunch bareng.”
“Yess!”
Agni memajukan bibirnya. “Nggak usah
lebay deh!” katanya sebelum kemudian meraih tas dan melangkah keluar diikuti
Askar yang tak lepas dari senyum di wajahnya.
Lima belas menit kemudian, keduanya
sudah tiba di sebuah restoran yang cukup terkenal. Ternyata Askar sudah memesan
tempat sebelum keduanya datang.
“Waktu ternyata begitu cepat ya,”
Agni mengernyitkan dahi mendengar
kata-kata Askar, sesaat setelah mereka memesan makanan. “Maksudnya?”
“Kamu yang sekarang terlihat berbeda…”
Agni mencibir. Mau merayu, huh?
“Playboy macam lo nggak punya stok
kosakata lain untuk merayu seorang gadis?” tanyanya ketus namun mampu membuat
tawa Askar pecah.
Gadis menarik!
“Oh, ayolah, Ni! Aku bukan sedang
merayu, tapi memuji.” Askar tersenyum lebar. “Kamu berubah banyak dari waktu
kita kerjasama dulu,”
Agni mengedik. Tak peduli Askar
merayu atau memujinya. Kalau Askar mengatakan ia berubah banyak, tentu saja! Tiga
tahun silam, dirinya hanyalah gadis polos yang baru saja menyelesaikan
pendidikan. Ia memang sekolah di luar negeri, tapi kehidupannya dan pergaulannya
tak sebebas seperti remaja di
sekitarnya.
Berbeda dengan saat ini. Waktu dan pengalaman membentuknya
menjadi gadis yang lebih matang dan dewasa.
“Semua orang berproses menjadi lebih
baik.” jawab Agni diplomatis.
“Ya ya ya!” Kepala Askar
manggut-manggut. “Tapi ngomong-ngomong kenapa kamu memutuskan jadi penyiar? Perusahaan
keluargamu kan semakin maju? Kurasa gaji di sana juga lebih besar?
Agni mendesah. Pertanyaan yang sama
yang selalu diajukan orang saat tahu dirinya tak lagi bekerja di perusahaan milik
keluarga. Ah, membosankan rasanya. Apakah memiliki usaha keluarga wajib
terlibat di dalamnya? Apa yang salah jika ia bercita-cita lain. Toh, kakaknya
yang memegang tampuk pimpinan tak menghalangi niatnya juga.
“Refreshing. Suasana baru, “ Katanya singkat
tanpa berniat menjelaskan lebih panjang. Biarlah itu menjadi urusannya sendiri.
“Oh ya? Tapi…,”
“Lo ke sini ngajak gue makan apa mau
interogasi gue sih?”
Askar tergelak. “Sorry! Sorry!” katanya seraya tertawa kecil. Dalam hati ia
mengingatkan dirinya untuk lebih berhati-hati berbicara dengan gadis di
depannya. Agni tak hanya tumbuh menjadi gadis dewasa dan mandiri, tetapi juga
jutek luar biasa.
Dan menghadapi gadis seperti ini,
Askar harus mempunyai strategi berbeda. Agni jelas berbeda seperti gadis yang
kebanyakan didekatinya.
“Kenapa ngeliatin gue kayak gitu? Ada
yang salah?” selidik Agni saat mendapati Askar tak lepas menatap ke arahnya. Ia
risih.
Askar menggeleng sesaat. “Nggak.
Nggak ada. Hanya…” kalimat Askar menggantung. Tak lama sebuah senyum tercipta
di wajahnya.
“Hanya apa?” tanya Agni tak sabar.
“Hanya kamu terlihat begitu cantik.”
Agni mendengus. Tak terpengaruh.
***
“Kerjaanku banyak lo, Ger!”
“Gue tahu!”
“Kalau tahu kenapa tetap ajak aku
sih?”
“Ya elah, Bro! Besok weekend masa iya lo masih mau kerja
mulu,”
“Aku nggak kerja. Aku cuma periksa laporan,”
“Sama aja itu, Bro! Udah ah ikut aja.
Kita senang-senang.”
Tantra menegang seketika. Langkahnya
pun terhenti. Gerry yang menyadari sahabatnya tak lagi jalan di sebelahnya pun
menghentikan langkahnya. Ia berbalik. Tak lama terkekeh sebelum kemudian
menghampiri Tantra.
“Tenang aja! Kita nggak ke bar kok,”
“Yakin?” tanya Tantra sangsi. Gerry
itu tak jauh dari kehidupan malam, dan tentu saja menyebut kehidupan malam tak
lepas dari bar, diskotik, club dan sebangsanya.
“Yakin.” Gerry mengangguk mantap.
Dalam hati, ia sedikit bersalah karena pengalaman tak menyenangkan yang pernah
dialami Tantra sehingga membuat sahabatnya sedikit trauma. Tantra itu
benar-benar polos. Tak banyak tingkah seperti dirinya.
“Mau kemana kalau gitu?”
Gerry nyengir. “Makan gratis.”
“Makan gratis?”
“Udah ah! Nanya mulu. Yuk ikut aja!
Gue janji nggak ke bar kok.” Ujar Gerry seraya menyeret Tantra untuk masuk ke
dalam mobilnya. Selang setengah jam kemudian keduanya sudah berada di depan
sebuah café yang terlihat begitu ramai.
“Teman gue ada yang ultah.” Ungkap Gerry
sesaat setelah mobil yang dikemudikannya terparkir rapi.
Tantra mengernyit. “Tumben nggak bawa
cewek kamu,”
Gerry berdecak. “Ck, gue udah putus.”
“Bukannya stok lo banyak?”
“Stok-stok! Lo kira baju,” gerutu
Gerry sembari menarik kado yang ia letakkan di jok belakang. “Yang ulang tahun
ini masalahnya lagi gue deketin,”
“Oh,” Tantra mengangguk mengerti. “Tapi
kenapa kamu nggak datang sendiri aja sih? Lagian kukira kamu mendekati Meliana?”
“Selama tak ada ikatan resmi, kita
bebas mendekati siapapun.” Seringai Gerry yang berbuah cibiran Tantra.
“Lalu kenapa ajak aku?”
Gerry yang sudah keluar mobil
tersenyum penuh arti. “Gue tuh sahabat yang baik. Daripada lo ngegalau nggak
jelas karena Salsa yang sekarang susah ditemui, mending gue ajak ke sini.”
“Sial!” Tantra mendengus gusar. Gerry
terbahak. Ia tahu persis bagaimana Tantra yang sedikit uring-uringan karena tak
melihat keberadaan Salsa akhir-akhir ini. Keikutsertaannya pada ajang yang
diselenggarakan di stasiun TV ternyata membuatnya begitu sibuk. Gerry bahkan
mendengar jika Salsa telah melewati tahap penyisihan.
Jadi, tak ada salahnya kan menghibur
sa…,
“GERRY!”
Sebuah suara memanggil namanya kontan
membuat Gerry menoleh. Sedetik kemudian tubuhnya menegang saat menyadari siapa
yang memanggilnya.
“Me—mel,” ucapnya tak percaya.
Meliana, gadis yang memanggilnya mengangguk.
“Kok kamu di sini? Sama siap… hai Tantra!” Meliana pun tersenyum ke arah Tantra.
“Hai!” Tantra mengangguk dan membalas
senyuman Meliana. Tak lama ia melirik Gerry yang tak dapat menyembunyikan
keterkejutannya. Tantra tertawa dalam hati.
Rasakan!
“Oh, maksud kamu tadi mau pergi sama
Tantra itu ke pesta Sofia”
“Sofia?” gumam Tantra yang bingung
dengan ucapan Meliana.
“Iya. Yang ulang tahun kan Sofi…,”
Meliana menghentikan ucapannya. Ia mulai menyadari hal yang terjadi. Sedetik kemudian
wajahnya mengeras menatap Gerry. Laki-laki
ini tak juga berubah!
“Oh, jadi gitu yaa…,”
Tantra bergidik. Meliana marah jelas.
Namun ia tak mau ambil pusing, sekali-kali Gerry memang perlu diberi pelajaran.
Ia baru saja hendak memundurkan diri, ketika didengarnya sebuah panggilan yang
ia kenali.
“MEL! LO KOK NINGGALIN GUE SIH?”
Tantra terbeliak. Agni?
Lagi!
***
kelinci99
BalasHapusTogel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino