Kamis, 26 November 2015

Yeouido Promise


Yeouido Festival

Dari sekian banyak bunga yang tumbuh menjelang musim semi, Sakuralah yang pertama- tama muncul sebagai penanda berakhirnya musim dingin. Jika bunga- bunga lain masih terlena dalam dekapan musim dingin, Sakura sudah bersiap untuk tampil. Cantik, indah dan mempesona saat sakura mekar, meskipun daunnya belum tumbuh tetapi seluruh ranting sudah akan dipenuhi bunga.


Sakura merupakan indigenous flora atau tanaman asli wilayah Asia Timur. Tak hanya tumbuh di negeri Jepang, Sakura juga tumbuh di negara Cina juga Korea, negeriku. Setiap tahun terdapat festival besar untuk menyambut musim semi. The Yeouido Spring Flower Festival.Festival yang dimulai sejak tahun 2004 memamerkan keelokan bunga yang tengah mekar di sepanjang jalanan Yeouido, Seoul. Ada sekitar 1400an pohon sakura yang melapisi jalan- jalan, membuat tontonan menarik bagi warga.


Nyaris sejak festival Yeouido dimulai, aku tak pernah melewatkannya. Selain karena terpesona keindahan sakura, ada kenangan indah yang membuatku untuk kembali dan kembali. Kenangan tentangnya. Tentang dia yang tak pernah bisa dilupakan.


너를 그리워요 (Neoreul geuriwoyo). Aku merindukanmu!


***


Tepuk tangan bergema sesaat setelah nyanyian Yong Hwa berakhir. Pemuda itu tersenyum lebar lalu berdiri. “Kurasa cukup sekian untuk malam ini. Terima kasih untuk kalian semua.” Katanya dengan tubuh sedikit membungkuk.


“Yaaaahhhhh!” Koor kompak kekecewaan pengunjung terdengar. Namun mereka tak bisa protes lagi, karena Yong Hwa memang sudah menambah durasi waktu tampilnya karena permintaan. Jadi kali ini memang benar- benar harus berakhir.


“Hei Yong Hwa!” Yong Hwa menoleh. Min Hyuk, sahabat yang juga waiter di café menghampirinya. “Ada yang mencarimu?”


Kening Yong Hwa mengerut. Matanya mengikuti arah pandang Min Hyuk ke sudut paling kanan. Tampak seorang gadis duduk sendiri sedang menatapnya. Gadis itu tersenyum tipis dengan kepala mengangguk.


“Siapa?”


“Kau tak mengenalnya?” Min Hyuk bertanya balik.


Yong Hwa menjawab dengan gelengan. Sesaat matanya kembali beralih ke gadis yang tengah menunggunya. Matanya menyipit, mencoba mengingat sosok gadis itu. Tetapi nihil, dia sama sekali tak mengingat gadis itu. Bahkan untuk sekedar nama.


“Lebih baik kau temui sana!”


“Tentu saja!” Yong Hwa menyeringai membuat Min Hyuk menggeleng gusar.


“Kurasa dia gadis baik- baik.”


Yong Hwa terkekeh. “Tak ada yang menjamin.”


“Yak kau!” Min Hyuk mendelik, “Kapan kau tobat sih!”


Yong Hwa mengendikkan kedua bahunya. “Selama mereka masih menyukaiku, kenapa harus tobat?”


“Ck!” Min Hyuk berdecak gusar. “Kuharap suatu saat karma menghampirimu.”


Yong Hwa hanya tertawa menanggapi ucapan sahabatnya. Setelah membereskan gitarnya, dia pun melangkah mendekati gadis yang sudah menunggunya.


Annyeonghaseyong.” Gadis itu berdiri saat Yong Hwa menghampirinya. Ia membungkuk sedikit. “Yong Hwa-ssi, Aku Seohyun dari Seoul Post.”


Kening Yong Hwa mengerut. Seoul Post? Wartawan.


“Wartawan?” Tanyanya sembari mempersilahkan Seohyun duduk kembali. Ia sendiri menarik kursi yang berseberangan dengan Seohyun.


Seohyun mengangguk. “Tepatnya masih magang. Ini tahun terakhirku sebagai mahasiswa.”


“Wah kau hebat dapat magang di koran sebesar Seoul Post.” Puji Yong Hwa.


“Terima kasih.” Seohyun tersenyum sekilas sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya, “Aku sedang mengangkat tentang anak- anak muda berprestasi dan seorang temanku merekomendasikan dirimu. Kau dengan suaramu yang indah telah banyak memenangkan berbagai kejuaraan lomba menyanyi.”


“Temanmu?”


Seohyun mengangguk. “Dia juga kuliah di Chung-Ang University sepertimu. Tapi kurasa kau takkan mengenalnya. Tapi namamu memang sangat dikenal.”


Yong Hwa tergelak. Gadis isi bicara blak- blakan dan apa adanya. Berbeda dengan gadis kebanyakan yang akan berbicara malu- malu atau menggoda di awal pertemuan, Seohyun tak tampak seperti demikian. Kata- katanya lugas, tak mendayu- dayu.


“Apa aku bisa mulai mewawancaraimu?”


“Tidak sekarang.”


Seohyun mengernyit bingung. “Aku bersedia diwawancarai asal kau mau menemaniku terlebih dahulu.”


Kerutan di dahi Seohyun bertambah. “Maksudmu?” Tanyanya curiga. Ia sempat mencari profil pemuda di hadapannya. Prestasi bermusik dan bernyanyinya memang luar biasa, tetapi karakternya wajib diwaspadai. Dia terkenal player. Mengencani banyak wanita.


“Ayolah!” Seohyun terbelalak saat tangannya diraih Yong Hwa. Ia belum sempat protes karena Yong Hwa terus menariknya untuk mengikuti langkah lelaki itu.


“Yak, apa- apaan kau!”


“Hei, lepaskan aku!”


“YAK! YONG HWA!”


Bibir Yong Hwa berkedut menahan tawa. Seohyun terus meronta dan berteriak. Gadis ini sebenarnya cukup kuat tapi dia juga lebih kuat. Jadi sia- sia jika Seohyun berusaha melepaskan gengaman tangannya.


“Kau diam atau aku akan menciummu di sini!”


Yong Hwa dapat merasakan ketegangan melingkupi Seohyun. Gadis itu terdiam seketika. Meski matanya nyalang menatapnya, namun tak urung dia tak lagi berteriak. Ini bagus, gumamnya dalam hati.


“Sh*t!”


“Your word, miss!” Meskipun mengumpat pelan, Yong Hwa masih bisa mendengarnya. “Tenang saja aku takkan berbuat buruk padamu. Aku hanya butuh…,” Sesaat dia terdiam.


“Teman.” Sambungnya yang membuat kening Seohyun mengerut.


Teman?


***


“Aku tidak bohong kan?”


“Hmm,”


“So, teman?” Ujar Jong Hwa seraya mengulurkan tangan kanannya. Senyum terulas dibibirnya.


Seohyun mengendikkan bahunya. “Jadi kapan aku bisa mewawancaraimu?”


“Ck, kau merusak suasana.” Yong Hwa menggerutu.


“Aku menemuimu karena memang hal itu.” Sahut Seohyun serius. Ia menghentikan langkahnya. Kepalanya mendongak menatap pohon sakura yang tengah bermekaran. Terlihat indah meski malam hari sekalipun. Pemerintah cukup kreatif telah memasang lampu mengelilingi sakura yang tengah mekar.


“Tapi kau menikmati semuanya kan?”


Seohyun tak menjawab. Matanya masih terpaku pada keindahan bunga sakura. Walaupun setiap tahun selalu menyempatkan mengunjungi festival Yeouido, ia tak pernah bosan. Keelokan sakura benar- benar memukaunya.


“Kau menikmati, huh!”


Seohyun menoleh lalu mendengus. “Kau kira aku baru pertama kali kemari?” Ia merengut. “Setiap tahun aku kemari…”


“Dan aku tak pernah bosan memandangnya lagi dan lagi.” Sambungnya lagi. Kali ini dengan senyum sembari kembali menatap pohon sakura di hadapannya.


Yong Hwa terkesiap. Pemandangan Seohyun yang tengah menatap sakura dengan senyum tersungging di bibirnya terasa mempesona. Apalagi didukung dengan gelapnya malam yang hanya mengandalkan penerangan tak seberapa, karena memang dibuat demikian. Seohyun makin terlihat bersinar.


Dan detik selanjutnya Yong Hwa merasa degup jantungnya tak lagi beraturan.


***


“Kau bisa bernyanyi?”


“Hah?”


Yong Hwa tersenyum. “Bernyanyilah. Aku akan mengiringimu.”


Wawancara akhirnya terlaksana keesokan harinya. Sesuai dengan kesepakatan semalam, wawancara akan dilakukan di studio. Seohyun tentu senang selain tugasnya akan usai, studio adalah tempat yang cocok untuk musisi seperti Yong Hwa. Dia dapat dengan mudah mendapatkan foto yang sesuai keinginannya. Dan benar lelaki itu bersikap professional, berbeda dengan sikap menyebalkannya semalam. Menolak diwawancarai tetapi menyeretnya ikut ke festival Yeouido. Beruntung festivalnya menarik jadi ia tak berlama- lama menekuk wajah gusar.


“Ayolah!”


Seohyun menggeleng cepat. “Aku tidak bisa.”


“Kau bohong!” Tukas Yong Hwa cepat, “Aku tadi mendengar kau bergumam. Dan suaramu bagus.” Pujian Yong Hwa tulus karena memang sebenarnya ia mendengar gumaman gadis itu sesaat ketika tengah menunggunya.


“Kau mendengarnya?”


Bahu Yong Hwa terangkat. Ia tak mengatakan apa- apa.


Seohyun mendesah. Ia menghela nafas panjang. “Boleh kupinjam gitarmu?”


Sontak Yong Hwa terbelalak. “Kau bisa bermain gitar?”


“Sedikit.”


Ck, dia benar- benar berbeda.


“Baiklah!” Yong Hwa berdiri sejenak lalu mengambil dua gitar yang berada di sudut ruang. Satu diberikan pada Seohyun lalu satu lagi ia pergunakan sendiri.


“Lucky, Jason Mraz?” Dua alis Yong Hwa bertaut ketika Seohyun mulai memetik gitar. Ia mencoba memastikan lagu yang akan dinyanyikan gadis itu. Seohyun hanya mengangguk lalu kembali fokus pada gitarnya.


Do you hear me,I'm talking to you

Across the water across the deep blue ocean

Under the open sky, oh my, baby I'm trying

Boy I hear you in my dreams

I feel your whisper across the seaI keep you with me in my heart

You make it easier when life gets hard


Keterkejutan tak dapat ditutupi dari wajah Yong Hwa. Suara Seohyun mengalun indah di telinganya. Ia tak percaya namun kenyataannya memang demikian. Seohyun memiliki suara yang bagus, ia juga mahir memetik gitar. Komposisi yang sempurna. Benar- benar menawan, pikirnya. Yong Hwa pun mulai memetik gitarnya, menyelaraskan nada yang sama.


I'm lucky I'm in love with my best friend

Lucky to have been where I have been

Lucky to be coming home again

Ooohh ooooh oooh oooh ooh ooh ooh ooh


Yong Hwa merasa kehangatan mengalir di tiap sudut tubuhnya. Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya. Yong Hwa bukan orang bodoh. Ia tahu yang terjadi.


Fix, dia jatuh dalam pesona seorang Seohyun.


***


Yong Hwa mendesah kecewa. Untuk kesekian kalinya pesan LINEnya tak ditanggapi. Terbaca namun tak berbalas. Ia berdecak gusar, kenapa sulit sekali mendekatinya?


“Lagi!” Min Hyuk muncul di hadapannya lalu menghempaskan tubuhnya di kursi yang ada di depan Yong Hwa. “Gadis menarik.”


“Kau berisik sekali.” Gerutu Yong Hwa yang membuat Min Hyuk tergelak. Dia tahu apa yang terjadi dengan sahabatnya. Kasihan sebenarnya namun sudut hatinya yang lain mengingatkan bahwa Yong Hwa sesekali perlu mengalami hal ini.


“Aku sudah pernah bilangkan kalau suatu saat—“


“Yak! Berhentilah berbicara!” Potong Yong Hwa cepat. Ia menghembuskan nafas kasar. “Aku sudah tahu apa yang akan kau katakan.”


Min Hyuk terkekeh geli. Yong Hwa mendelik kesal. “Kau mencintainya, huh!”


Yong Hwa diam.


“Tetapi dia tak mencintaimu?” Min Hyuk menggeleng pilu, “Ayolah Yong Hwa, masih banyak gadis lain di sekitarmu. Kenapa kau terpaku hanya dengannya?”


Yong Hwa menghela nafas berat. Sesaat ia membuang muka. Memilih menatap pemandangan jalanan dari balik kaca café yang sedikit basah karena hujan mengguyur kota. Korea memang sudah berganti musim. Kini memasuki musim panas, namun akhir bulan Juni hingga pertengahan Juli hujan sering turun yang dikenal dengan istilah Jangma. Itu berarti sudah 3 bulan sejak pertemuan pertamanya dengan Seohyun. Harus ia akui jika Seohyun gadis yang berbeda dari gadis- gadis lain di sekitarnya. Seohyun cantik, cerdas dan mempesona dengan gayanya sendiri.


Hal yang membuatnya jatuh cinta dengan gadis itu.


Namun sayangnya cintanya sepihak. Seohyun tak pernah menanggapi. Gadis itu acuh setelah berhasil mewawancarainya. Meski ia sudah berkali- kali berusaha mendekati gadis itu mendatangi kampusnya bahkan hingga menyeret paksa gadis itu untuk pergi bersamanya tetap saja Seohyun tak peduli dengannya. Terang hal ini makin membuatnya frustasi.


Jadi apa yang harus kulakukan lagi?


“Kudengar dia akan pindah ke Amerika?”


APA!


Yong Hwa melotot seketika. Ucapan Min Hyuk benar- benar mengagetkannya. “Kemarin dia dan beberapa sahabatnya kemari. Dan aku tak sengaja mendengar ucapan salah seorang temannya.” Sambung Min Hyuk yang seketika membuat bahu Yong Hwa luruh. Tubuhnya terasa lemas dan tak bertenaga.


Tak adakah lagi kesempatan untukku?


***


“Kalau kau memang benar- benar mencintainya, katakanlah. Dia gadis yang berbeda, dia tak butuh semua rayuanmu.”


Yong Hwa menekan bel pada pintu apartemen Seohyun dengan tak sabar.Ia menekannya berulang- ulang hingga muncul sosok yang diharapkannya.


Seohyun merengut. Ia sudah cukup kesal karena bel pintu berbunyi terus menerus, dan kekesalannya jelas bertambah karena kedatangan Yong Hwa, lelaki yang terus gencar mendekatinya.


“Benarkah kau akan pergi?”


“Bisakah kau bersikap sopan?”


Yong Hwa menggeram frustasi. Bukannya menjawab pertanyaannya, Seohyun justru berbalik bertanya. Ia pun akhirnya memilih menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.


“Aku minta maaf.” Katanya lirih.


Sehyun mengangguk sekilas. “Masuklah.” Kata gadis itu seraya membuka pintu apartemennya lebar- lebar. Yong Hwa pun menurut, ia masuk ke dalam apartemen Seohyun.


“Kau mau minum apa?” Tanya Seohyun sesaat setelah mempersilahkan Yong Hwa duduk di sofa panjang miliknya.


Gelengan kepala Yong Hwa menghentikan langkahnya. “Kita harus bicara.”


Seohyun terdiam. Namun tak lama ia menghempaskan tubuhnya di sofa yang sama, tepat bersebelahan dengan Yong Hwa. Terdapa sedikit jarak antara keduanya.


Yong Hwa menghela nafas berat sebelum memulai ucapannya, “Kau akan pergi?”


“Ya.”


“Kau benar- benar meninggalkanku?”


Seohyun tak menjawab.


“Aku pernah bilang kalau aku mencintaimu kan?”


“Ya.”


“Lalu kenapa pergi?”


Seohyun memutar bola matanya jengah. “Demi masa depanku.”


Yong Hwa berdecak gusar. Ia benar- benar tak bisa menerima alasan itu. Apalagi ditambah sikap dingin dari Seohyun, dia sangat frustasi.


“Kau tak mempercayaiku?”


“Aku percaya.”


“Kupikir kau tak percaya jika aku mencintaimu.”


Seohyun mendengus. “Bagaimana aku percaya jika selama ini kau dikenal seperti itu.”


“Aku sudah berapa kali mengatakan. Aku sudah berubah sejak mengenalmu. Tidak cukupkah selama beberapa bulan ini aku sudah berusaha menepati kata- kataku.” Tanya Yong Hwa dengan suara lirih.


Seohyun bungkam. Sesaat diliriknya Yong Hwa yang terpekur di sudut sofa. Sejujurnya Seohyun menyadari banyak perubahan yang dilakukan pemuda itu untuknya. Dia tak lagi menanggapi perempuan- perempuan yang memujanya, mengabaikan godaan- godaan gadis lain dan meninggalkan banyak kebiasaan buruk untuk membuktikan cinta untuk dirinya. Seohyun melihat semuanya, dan harus diakui sisi hatinya mulai terusik dengan keberadaan Yong Hwa di sekitarnya.


Dan kini ia harus pergi.


“Aku akan kembali.” Ucapnya dengan suara pelan.


“Tapi kau tetap akan pergi kan?” Tanya Yong Hwa tak mau kalah.


Seohyun mengangguk perlahan. “Sudah kubilang ini demi masa depanku. Ini cita- citaku.”


Tubuh Yong Hwa terasa lemas. Nafasnya sedikit tercekat. Sia- sia sudah, Seohyun tetap pergi. “Baiklah kalau begitu. Kuharap kau baik- baik disana.” Yong Hwa berdiri, ia berjalan melangkah menuju pintu. Tangannya baru saja hendak memegang handle pintu ketika suara Seohyun menghentikan langkahnya.


“Kubilang aku akan kembali. Festival Yeouido dua tahun lagi.”


***


Yong Hwa menarik rapat resleting jaket yang ia kenakan. Tudung kepala pada jaket ia naikkan ke atas kepala. Setelah memastikan maskernya terpasang sempurna, ia baru membuka kiri pintu mobilnya lalu melangkah keluar. Karir musiknya melejit, lagunya berkali- kali menempati tangga lagu populer, dan tahun ini ia mendapatkan penghargaan sebagai the best singer dalam Golden Disk Award. Sebuah penghargaan musik bergengsi di Korea Selatan. Namun keberhasilannya dari bermusik harus berbayar mahal. Ia semakin tenar namun juga kehidupan pribadinya makin sering diusik. Maka setiap pergi jika terkait urusan pribadi, dia harus menyembunyikan jati dirinya dari wartawan juga para fans yang akan mengerubunginya.


Seperti saat ini.


Dibalik masker Yong Hwa tersenyum tipis. Hari ini hari yang dijanjikan. Festival Yeouido. Tepat dua tahun setelah kepergian Seohyun.


Langkahnya terasa ringan saat memasuki kawasan festival. Sejenak ia terhenti. Festival sudah dipenuhi banyak orang. Ini hari pertama tentu saja orang- orang akan bersemangat kemari.


Bagaimana aku menemukannya? Yong Hwa menghela nafas pasrah. Ternyata perjuangan ini masih belum usai.


Yong Hwa kembali melangkah. Kepalanya tak henti menoleh ke kanan dan kiri, mencari sosok yang dicarinya dalam keramaian festival. Alih- alih menemukan yang ada ia merasa pusing.


Tiba- tiba Yong Hwa tersadar. Ingatannya kembali saat pertama kalinya ia bersama Seohyun kemari. Seohyun saat terpesona pada sakura yang mekar dengan sempurna. Gadis itu tampak cantik dan bersinar saat matanya menatap keelokan sakura. Itu berarti…


Sedikit bergegas Yong Hwa mempercepat jalannya. Dia pasti di sana, gumam Yong Hwa dalam hati. Ya di sana!


Langkah Yong Hwa pun terhenti tepat di depan pohon sakura yang tengah mekar sempurna. Letaknya sendiri agak di sudut sehingga tak seramai di jalanan Yeouido yang merupakan pusat kawasan festival. Yong Hwa celingukan, sosok Seohyun tak terlihat. Ia hanya mendapati beberapa pasangan tengah asyik berfoto dengan latar pohon sakura. Yong Hwa baru saja hendak berbalik ketika sebuah suara lembut menghampirinya.


“Kupikir kau tak datang, Oppa?”


-End-


Lampung, November 2015


Jangma: Hujan di musim panas.



Note : Ini kedua kalinya berusaha membuat FF dengan latar korea. Jung Yong Hwa merupakan vokalis CN BLUE sekaligus aktor yang cukup populer di negeri ginseng. Nggak kalah sama Lee Min Ho, hahahha…

Referensi saya ambil dari beberapa artikel yang bertebaran di dunia maya, jadi mohon maaf jika ada yang tak sesuai, karena sejujurnya saya bukan penikmat drakor. Hanya menyukai beberapa reality show asal negeri itu.

Dan untuk pemilihan pasangan, berdasar google sejauh Yong Hwa pernah digosipkan oleh dua wanita. Park Shin Hye lawan mainnya serta Seohyun yang merupakan member SNSD. Berhubung menurut Dispatch, Shin Hye sedang kencan dengan Lee Jong Suk jadi saya memilih Seohyun, si istri virtual Yong Hwa dalam reality show “We Got Married.”

Jadi buat fans Yong Hwa-Shin Hye jangan ngambek yaaaa…. Wkwkwk.

Taraengkyuuuuu….. J)))))

0 komentar:

Posting Komentar