Kamis, 21 Mei 2015

Cinta Skuter (10) -end-


sebelumnya Cinta Skuter 9
Cinta Skuter (10)

Dia cantik. Sangat cantik. Kebaya putih berpadu kain batik terlihat anggun membalut tubuhnya. Penampilannya makin mempesona karena polesan make-up di wajahnya. Padahal tanpa make- up pun dirinya sudah cantik. Apalagi sekarang?
Dan lihatnya senyumnya?
Senyum yang merekah sempurna, menyiratkan kebahagiaan yang luar biasa.
Sesaat Bimo menekuk wajahnya saat wajah cantik yang dipandanginya tengah menatap mesra pada laki- laki berkacamata di sebelahnya. Dari jarak sejauh ini pun ia bisa melihat tatapan penuh cinta antara keduanya.
Gue kalah.
Gue menyerah.
Dia sudah bahagia.

Pada akhirnya pernikahan Reina dan Satya tetap berlangsung.  Bimo mensyukuri hal tersebut, walaupun hatinya terluka. Cinta memang tak harus memiliki.
Pandangan Bimo masih lurus ke depan. Memperhatikan Reina dan Satya yang baru saja keluar dari masjid tempat berlangsungnya acara akad nikah keduanya. Kini kedua pasangan tengah menuju mobil yang telah dihias indah.
Bimo masih terus mengamati kedua pasangan. Hingga akhirnya mobil pengantin melaju membawa kedua pasangan pergi.
Bimo meringis. Rasa sesak menghantam dadanya. Luka itu semakin menganga. Ia pun menarik nafas dalam- dalam lalu menghembuskannya perlahan.
Ikhlas, Bim. Ikhlas. Dia sudah bahagia.
“Ck, memalukan!”
Bimo mendengus mendengar suara sinis di sebelahnya. “Perempuan baik- baik dapat laki- laki yang baik- baik.”
“Gue nggak butuh komentar lo.” Balas Bimo ketus.
“Gue juga nggak suka lihat adegan picisan!”
Bimo berdecih. Angkuh dan menyebalkan, dua kata yang mewakili Reiska. Kalau saja ada perempuan lain yang bisa membantunya, tentu saja Reiska bukan pilihannya. Tapi mau bagaimana lagi, Bimo tahu tak banyak wanita di sekitarnya yang bisa dipercayai apalagi dia memerlukan wanita dengan track record yang baik.
Pilihan jatuh pada Reiska. Gadis ini tak pernah memiliki masalah. Hanya sedikit angkuh dan dingin, namun itu yang dibutuhkan Bimo untuk menghadapi incaran media. Apalagi Reiska pernah mengatakan akan membantunya apapun itu termasuk menjadi pacar palsunya.
Tak ada yang tahu bahwa Bimo pernah menolong Reiska untuk meraih mimpinya menjadi seorang model. Melalui Bimo, Reiska bisa seperti sekarang. Sukses, berhasil dan terkenal.
“Lumutan gue disini?”
Bimo menghela nafas gusar. Sedetik kemudian ia menghidupkan mesin mobilnya, membawa dia dan Reiska ke salah satu mall terkenal di pusat kota. Ini dilakukannya dengan sengaja agar media melihatnya dan menjadikan dirinya dan Reiska menjadi berita keesokan harinya.
Bimo tersenyum miring. Hidup yang aneh. Skandal dan settingan. Ah, entah sampai kapan ia seperti ini. Ia mencintai dunia akting, namun di sisi lain ia harus siap dengan kehidupan pribadi yang terlalu diusik oleh media dan masyarakat. Termasuk soal kisah cinta.
Cinta?
Argh Rei, adakah gadis yang akan menggantikan posisimu di hatiku?
-end-


Lampung, Mei 2015

0 komentar:

Posting Komentar