Selasa, 19 Mei 2015

Cinta Skuter (4)


Sebelumya Cinta Skuter 3

Cinta tak harus memiliki. Cinta sejati justru ingin membahagiakan orang yang dicintainya meski harus merelakan kebahagiaan tersebut dengan orang lain.
Ah, kalimat- kalimat bullsh*t. Kata- kata yang menyesakkan saja. Siapa yang ikhlas seikhlas- ikhlasnya jika orang yang dicintai berbahagia bersama orang lain. Tidak, kurasa tak ada. Siapa pun orang akan frustasi jika tak memiliki orang yang dicintai, bukan?
Jadi tariklah kalimat- kalimat diatas! Hanya makin menambah keterpurukan saja.
“Lo malu- maluin aja Bray jadi cowok!”
“Patah hati sih patah hati. Tapi nggak gitu sampai segitunya lah.”
Aku mendengus gusar. Lagi- lagi Aldi dengan mulut pedasnya. Dia aja belum pernah seperti yang kurasakan, lihat saja kalau dia merasakannya. Aku pasti menjadi orang pertama yang mengejeknya.
“Ya elah Bray, cewek masih banyak tuh. Lo tahu kan perbandingan cowok sama cewek? 1:4. Jadi lo santai aja!”
Dasar sint*ing!

“Heh! Perbandingan darimana tuh? ASAL!” Sentakku akhirnya.
Aldi mengendikkan kedua bahunya, “Ya, kata orang- orang kan gitu. “
“Kata orang lo percaya! Data sebenarnya jumlah laki- laki lebih banyak dari perempuan.”
“Hah? Serius lo, Bro?”
Aku mengangguk enggan, “Baca makanya. Cari data real sono!”
“Yah,” Suara Aldi terdengar lirih, “Jadi kita yang judulnya rebutan cewek dong. Apakabar nasib gue kalau gini!”
Aku menggeleng geli. Bagaimana ada orang macam dia? Ah salah tepatnya bagaimana aku bisa bersahabat orang seperti ini.
“Bim, gimana dong?”
“Tauk!” Sahutku acuh. Nasibku setidaknya lebih baik. Hei, bukankah Reina bilang menyukaiku berarti masih ada perempuan yang menyukaiku kan? Belum fansku yang pastinya mengidolakan diriku. Tidak seperti Aldi yang aku lupa kapan terakhir kali pacaran.
“Bim, lo kenalin kek gue sama siapa gitu? Temen lo kek? Lawan main lo atau fans lo boleh deh!” Cecar Aldi lagi, “Pokoknya gue harus berjuang mendapatkan cewek!”
Aku tertawa. “Norak! Jadi siapa yang malu- maluin jadi cowok kalau begini?”
“Tuh kan, lo lebih ganteng kalau ketawa gitu, Bim. Daripada manyun terus!”
Aku terkekeh. Sial! Ternyata dia bermaksud menghibur. “Gue ganteng mah emang dari dulu! Dan lo nggak usah iri!”
 “Lo itu emang ngeselin ya, Bim!”
Tawaku makin kencang menanggapi kalimat Aldi. Mulut pedas Aldi kembali beraksi. Tetapi lebih baik lah daripada dia harus mengeluhkan statusnya.
“Jadi?”
Dahiku mengernyit mendengar ucapan Aldi. Apanya?
“Rencana lo selanjutnya?” Aldi nyengir, “Cari cewek baru dong!”
“Nggak! Kata siapa?” Mata Aldi menyipit menatapku, “Selama ijab belum terucap dia masih milik orang tuanya.”
Aldi terbelalak, “Jangan bilang lo…,”
“It’s show time!”

-tbc-

selanjutnya Cinta Skuter 5


0 komentar:

Posting Komentar