Sabtu, 04 Februari 2017

Sayembara Askar (17)





sebelumnya di sini

“Agni, Tantra! Apa yang kalian lakukan di sini?”
Tantra dan Agni menoleh bersamaan. Tantra terbeliak sejenak. Ia sedikit kaget dengan sosok yang menyapa dirinya juga Agni. Spontan ia pun berdiri seketika.
“Mas Aksa*!” ujarnya kemudian. Sekilas ia menangkap wajah Agni yang menampilkan ekspresi berbeda darinya. Gadis itu justru memamerkan senyumnya dan dengan santai menyapa Aksa.
“Hai, Mas!” sapanya. “Sendiri?”
Aksa tak menjawab. Matanya menatap Tantra dan Agni bergantian sebelum kemudian ia menghela napas berat.
“Nggak gue nggak sendiri, Ni. Gue sama...,”
Belum selesai Aksa menyelesaikan perkataannya, sebuah suara memanggil namanya dari belakang.
“Ah, Mas lo ninggali... Agni! Tantra! Kok kalian di sini?”
Tantra tersenyum tipis. Askar! Dengan siapa lagi memangnya Aksa pergi kecuali dengan sepupu dekatnya sekaligus bosnya.
“Lagi ngapain kalian berdua?” tanya Askar lagi dengan mata menyipit curiga. Sungguh ia kaget mendapati keberadaan Agni juga Tantra secara bersama di cafe. Ia memang tak begitu memperhatikan lawan bicara Aksa saat masuk pertama kali. Siapa sangka jika...
“Kalian berdua ada hubungan apa?” Askar dilanda penasaran tingkat tinggi hingga tak dapat menahan diri untuk melontarkan pertanyaan lagi. Padahal pertanyaan sebelumnya saja belum dijawab baik oleh Tantra maupun Agni.
“Eng—nggak ada apa-apa, Mas.” Tantra menjawab cepat. “Kita cuma teman. Kebetulan makan siang bersama.” Ucapnya lagi mencoba santai. Dalam hati, Tantra menyadari aura ketegangan yang tiba-tiba terjadi pada atasannya. Seketika ia memahami jika sesuatu terjadi antara Askar dan Agni.
Demi Tuhan, ia cukup mengenal baik seorang Askar Adinata.
Tapi bukankah ia tengah sibuk dengan gadis-gadis sayembaranya?
Jadi bagaimana bisa Agni?
“Sejak kapan kalian berdua kenal? Setau gue lo nggak kenal sama Agni, Tra!”
“Eh itu, Mas sejak...,”
“Sejak kapan-kapan!” potong Agni yang sejak tadi memilih diam. Ia berdiri tak laa kemudian. “Lo ngapain sih kepo amat urusan gue sama Tantra?” deliknya gusar.
“Mau kapan gue kenal kek, mau ngapain, emang apa urusannya sama lo? Ribet amat!” gerutu Agni lagi. Kali ini sambil meraih tasnya yang diletakkan di atas meja lalu mengarahkan pandangan pada Tantra.
“Gue duluan ya, Tra!” ujarnya berpamitan pada Tantra yang seketika dilanda bingung.
“Loh kok pergi, Ni? Kan lo...,”
Tangan Agni yang terkibas menghentikan ucapan Tantra. “Nyantai lah! Gue mau ketemuan sama teman. Dia udah nunggu. Ok, thanks ya!” katanya menoleh menatap Aksa. “Mas, aku duluan ya! Sorry, aku udah ditunggu Tika.” Ujarnya sembari tersenyum lalu mulai melangkah.
“Yuk, Kar! Gue duluan.” Pamitnya pada Askar tanpa menatap lelaki itu. Dahi Askar mengerut sesaat karena melihat sikap Agni yang begitu tak peduli, namun tak lama ia pun bergerak cepat menyusul gadis itu.
Sesaat setelah kepergiaan keduanya, terdengar helaan napas panjang dan dalam. Tantra menoleh dan menemukan Aksa tegah manatapnya dalam-dalam.
“Ada hubungan apa kamu sama Agni sebenarnya?”
***

“Kamu pergi karena ada aku ya?” tanya Askar saat berhasil menyusul Agni dan menyejajari langkahnya.
Agni menoleh sesaat sebelum kemudian bibirnya mencibir. “GR!”
“Lah terus kenapa buru-buru pergi?” cecar Askar lagi.
“Ada janjian sama teman.”
“Yakin?”
Peduli setan! Rutuknya Agni dalam hati. Ia memang ada janji bertemu sahabatnya tapi nanti. Tidak sekarang. Sejujurnya ia kesal, hatinya dongkol luar biasa ketika mendapati Tantra yang begitu hormat dan segannya pada Askar. Padahal Askar telah mencercanya dengan pertanyaan yang bersifat pribadi. Bahkan ada dirinya di situ.
Ck, siapa dia ikut campur urusan pribadi orang lain!
Agni yang berkarakter cukup keras memang tak pernah suka bila melihat orang bersikap semena-mena pada orang lain. Meskipun atasan tak bisa seenaknya bersikap pada bawahan. Urusan pribadi tak ada hubungan dengan profesionalisme kerja. Semua ada batasannya. Ada hal-hal yang semestinya tak menjadi urusan atasan.
“Ni!”
Agni bungkam.
“Kok diam aja? Aku antar ya,”
“Nggak perlu!” sahut Agni cepat.
“Kok gitu? Kamu emang ke sini sama siapa? Sama Tantra?” tanya Askar. “Kalian berdua beneran cuma temen?”
“Emang sejak kapan sih kalian kenal?”
Agni mendesah pendek. Sebelum kemudian langkahnya terhenti. “Kepo amat sih lo sama hidup gue,”
Askar tergelak. “Kepo?” seringainya. “Bukan kepo, sayang! Tapi peduli! Lagian tuh ya siapa nggak kaget tiba-tiba nemuin kamu sama asisten aku. Padahal setauku kalian nggak saling kenal.”
“Sayang-sayang pala lo peyang!” delik Agni gusar. “Kenapa sih lo? Mau gue kenal Tantra kek, mau gue punya hubungan apa juga sama dia, emang apa urusan lo!”
“Ingat ya, jangan karena gue mau lo ajak dinner atau lunch, lo bisa atur hidup gue. Gue ya gue. Terserah gue mau berteman sama siapa aja. Ngerti lo!”
Kali ini Askar terbelalak. Agni jutek, biasa! Cuek, ok aja! Tapi marah?
Baru sekarang Askar melihatnya. Wajah gadis itu tampak memerah. Kesal!
“Gue tahu orang macam apa lo? Gue bukan cewek bego yang nggak ngerti motif lo tiba-tiba ngedeketin gue.” Agni kembali bersuara. Kali ini terdengar tajam dan dingin. “Gue peringatin lo, gue nggak akan jatuh di lubang yang sama!”
Sedetik setelah berkata, tubuh Agni pun berbalik. Dihampirinya mobilnya yang ternyata terparkir tak jauh.  Tak lama ia pun segera masuk dan melajukan kendaraan menjauhi cafe. Meninggalkan Askar yang masih mematung di tempatnya.
Jatuh di lubang yang sama! Itu berarti....
***
“Cantik!”
Askar menoleh dan menatap Hugo sahabatnya dengan kening mengernyit sembari mengarahkan pandangan ke samping kanan dan kiri. Namun sayang, suasana redup serta ramainya keadaan membuatnya menyerah mencari sosok cantik yang dikatakan Hugo. Type sahabatnya itu jelas berbeda dengannya.
Baginya, wanita cantik adalah wanita yang mampu memuaskan dirinya.
Dan sekarang di sini terlalu banyak cewek cantik!
 “Yang mana cantik?” Askar akhirnya balik bertanya.
Hugo terkekeh. “Tadi gue lihat lo sama cewek makan siang di resto Ko Halim,”
“Oh,” Mulut Askar membulat. “Maksud lo Agni,”
“Agni?”
“Dia adiknya Arga. Anak baru yang masuk dalam proyek gue sama Arga. Hmm, Arga sepertinya pengen lihat kemampuan adiknya,” jelas Askar yang ditanggapi anggukan kepala Hugo.
“Gue lihat kalian akrab,”
Alih-alih menjawab pertanyaan Hugo, Askar justru terbahak. “Kalau lo maksud gue lagi deketin dia, sorry! Bukan type. Anak kemaren sore. Anak rumahan,” ujarnya dengan bibir mencebik sesaat.
“Kurang sexy! Rata!” sambung Askar.
“Oh ya?” sebelah alis Hugo terangkat. “Kenapa gue lihatnya lo begitu perhatian sama dia tadi,”
“Sial! Lo ngintipin gue,” gerutu Askar. “ Kenapa nggak gabung aja sih?”
“Males! Lagian gue penasaran. Siapa lagi korban lo minggu ini.”
“Sial!” sembur Askar gusar. “Asal lo tahu ini murni bisnis. Lo nggak tahu gimana sakleknya Arga. Semua sesuai aturan. Jadi gue harus pinter-pinter kalau kerjasama sama dia,”
“Maksud lo? Lo deketin adeknya buat dimanfaatin,” Mata Hugo melebar sebelum kemudian tertawa keras. “Ya ya ya! Askar Adinata akan melakukan cara apapun untuk keuntungan bisnisnya.”
“Baguslah kalau lo paham!” Askar menyeringai. “Buat gue, sekarang masih Tania yang terbaik. Nggak cuma cantik, bodynya sexy luar biasa.”
Hugo mencibir. “Memang baj*ngan kelas wahid lo!”
***
Askar mengerjap sejenak. Sedikit kilas balik masa lalu berputar di benaknya.  Sesaat setelah tersadar, ia pun segera membalikkan tubuh untuk kembali ke cafe.
Tantra pasti masih di sana!
Benar seperti yang ia duga. Tampak Tantra dan Aksa tengah berbincang di kursi yang sama. Kursi yang sebelumnya diduduki Tantra juga Agni.
Ck, ada hubungan apa sebenarnya mereka?
“Askar,”
Aksa menyadari kemunculan Askar terlebih dulu. Tangannya melambai dan hanya butuh beberapa detik sebelum kemudian adik sepupunya bergabung dengan mereka.
“Coba jelasin ada hubungan apa lo sama Agni?” tanya Askar tanpa basa-basi. Membuat Aksa menggelengkan kepala karenanya.
“Nggak. Nggak ada apa hubungan apapun kita, Mas. Kita temenan.” Jawab Tantra tenang. Aksa menarik napas, jawaban yang sama yang dikatakan Tantra saat dirinya bertanya hal yang sama.
“Gue tanya lagi, sejak kapan lo kenal dia?”
Aksa menggeleng. Ia menoleh pada Askar. Ini sih interogasi, bukan bertanya.
“Belum lama sih, Mas. Tapi sahabatnya Agni pacarnya sahabat saya.”
“Kok bisa?”
Tantra mengerut bingung. Pertanyaan aneh, gumamnya dalam hati. Urusan Gerry dan Meliana, bukan urusannya kan?
“Eh, sorry!” Askar tersadar seketika. Rasa kesal, marah sekaligus kecewa sedang bersemayam di hatinya. Ia tak pernah merasakan hal ini, sehingga pikirannya menjadi sedikit blank.
Ck, kenapa gue ini!
“Lo suka Agni?”
“Hah?” Tantra melongo dengan pertanyaan yang diajukan Askar. Belum sempat ia menjawab, Askar sudah berkata kembali,
“Kalau iya, mending lupain. Dia milik gue.”
***
tbc 

selanjutnya disini

Lampung, Februari 2017
*kalau ada yang memperhatikan detail nama kakak sepupu Askar, suka berubah2 ternyata saya. Kalau diketikan saya, udah diganti jadi Aksa semua ya, kalau di blog nanti deh. hehehehe

0 komentar:

Posting Komentar