1.
Perintah
Tantra ternganga. Matanya membulat tak percaya.
Bahkan untuk beberapa saat mulutnya pun terbuka. Namun menyadari jika
perilakunya sangat memalukan, apalagi di hadapan komisaris utama, Tantra pun
cepat-cepat kembali memasang wajah normal. Meskipun tak dipungkiri, benaknya
masih tak bisa habis pikir dengan apa yang baru diperintahkan oleh Bram Adinata,
sang komisaris utama.
“Kamu paham, Tantra?”
“Pa—paham, Pak!” Tantra sedikit tergagap.
Bram manggut-manggut. “Bagus! Urus semuanya dengan
cepat dan pastikan kamu mendapatkan yang terbaik.”
“I—iya, Pak!” jawab Tantra pelan. Sungguh, otaknya
masih butuh mencerna apa yang diperintahkan Bram beberapa menit lalu.