Minggu, 28 Juni 2015

JEJU IN LOVE

Gambar diambil dari www.dreamersradio.com

JEJU IN LOVE

“Kamu baik- baik saja?”

“Tidak masalah. Oppa tenang saja, aku baik- baik saja.”

“Kamu yakin?”

I’m Okay, Oppa. Jangan terlalu mencemaskanku.”

“Aku hanya ingin memastikan keadaanmu. Media semakin gencar mencari kita.”

“Percayalah padaku, Oppa.”

“Baiklah kalau begitu, hubungi aku kalau terjadi sesuatu!”

“Tentu saja!”

***


ANDARA

Andara

Andara mematut bayangan dirinya di depan cermin raksasa seukuran dirinya. Memastikan penampilannya kembali. Dress selulut tanpa lengan berwarna peach terlihat pas membungkus lekuk tubuhnya. Rambut panjang hitam lurusnya di biarkan tergerai menampilkan kesan manis dan menggemaskan. Tak lama diambilnya stiletto berwarna silver dari lemari yang berada di sisi sebelah kanan kaca. Dipasangkannya pada kaki panjang mulus miliknya. Ia tersenyum.

Sempurna, ucapnya dalam hati.

***

Kamis, 25 Juni 2015

RAHASIA RANESHA



Rahasia Ranesha

Matanya mengerjap beberapa kali. Memastikan pandangannya tak salah. Masih kurang memuaskan, ia mengucek  matanya kembali. Tidak, objeknya tidak berubah itu berarti pandangannya tak salah. Sosok itu benar- benar nyata. Ada dan masih dapat ia kenali.   
“Ka…mu?” Dia gugup. Bicaranya menjadi gagap padahal kemampuan berbicaranya normal. Tak pernah ada masalah sedikit pun.  Tetapi saat ini, sosok dihadapannya dapat membuat bibirnya kelu seketika.

ELROY (6)

Bab VI
Sebelumnya Disini

“Lo ada apaan sama Gendis?”


Elroy mendengus. Ia melirik sinis Bastian yang ada di sebelahnya. Keduanya sudah berada di kelas, namun dosen pengampu mata kuliah belum tiba. Hal ini ternyata dimanfaatkan Bastian untuk menanyakan kejelasan hubungan antara Elroy dan Gendis. Sungguh ia terkejut karena mendapati gadis incarannya dekat dengan sahabatnya.


“Nggak ada apa- apa.”



Romansa Puber Kedua (10)


Romansa Puber Kedua (10)

Sebelumnya Disini

“Mau sampai kapan, Bu?”


Tantri mendongak dari layar ponsel yang berada di genggamannya. Ia menemukan Gania tengah bersandar di pintu kamarnya dengan tangan bersidekap di dada.


“Loh Mbak, udah sampe?” Tanya Tantri dengan senyum terkembang. Gania mengangguk pelan menjawab pertanyaan ibunya. Tak lama kakinya melangkah menghampiri tepi ranjang, duduk tepat di sebelah ibunya. “Ya udah ibu siapin makan dulu atau kamu mau istirahat dulu?”


Gania menggeleng, ditatap ibunya lekat- lekat. “Ibu ngerti maksud aku kan?”



Sabtu, 20 Juni 2015

ELROY (5)


Bab V

Sebelumnya Disini 

“Parah lo, El!” Tama berdecak sebal, “Gue bisa abis nih sama Bastian!”


Elroy menoleh lalu mengendikkan kedua bahunya. Siapa peduli!


“Gila lo! Nggak setia kawan banget sih!”


Elroy mendengus. Setia kawan? Sejak kawan ada kata setia di dunia ini. Cih! Bullshit. Non sense! Semua pura- pura. Bohong besar.


Selasa, 16 Juni 2015

Romansa Puber Kedua (9)

Sebelumnya Disini

Romansa Puber Kedua (9)


Tantri menggigit bibirnya getir. Terbersit pemikiran agar dirinya berbalik dan meninggalkan bangunan di depannya segera dan secepat mungkin. Namun entah mengapa hatinya menolak, langkahnya justru semakin mendekat memasuki pintu masuk.


“Selamat siang, Ibu.” Tantri terkesiap. Seorang pemuda mengenakan pakaian putih hitam dengan dasi kupu- kupu menyapanya dengan senyum ramah. “Ada yang bisa dibantu?”


“Eh, iya…iya saya janjian dengan teman.” Ucapnya sedikit gelagapan.



Romansa Puber Kedua (8)


Sebelumnya Disini
Romansa Puber Kedua (8)

Haris membalik tubuhnya ke kanan dan kiri berulang kali. Matanya sama sekali tak dapat terpejam. Ia mendengus gusar. Hampir seminggu hal ini terjadi. Sulit tidur. Tidak, tidak hanya tidur tetapi juga semua aktivitasnya berjalan tak seperti biasanya. Pikirannya tak fokus. Berantakan dan kacau. Dan semua karenanya.

Tantri.


Selasa, 09 Juni 2015

ELROY (4)

Sebelumnya Disini
Bab IV 
 
“LAKI- LAKI SIALAN!”
“WANITA NGGAK BERGUNA!”
“BAJ*NGAN!”
“JAL*NG!!”
“KAMU BILANG AKU APA? JAL*NG?”
“BI*CH!”
“JAHAT KAMU, MAS!”
 “IYA. BUKANKAH ITU MEMANG DIRIMU?”
“MASSSSSSSS!!!!”
PRANGGGGGG….

Romansa Puber Kedua (7)

Romansa Puber Kedua (7)

Sebelumnya Disini
Gania mengangguk. “Iya, tadi pas aku masuk ada om Haris di depan lagi ngobrol sama Galang.” Sahut gadis itu santai. Ia tak tahu tubuh ibunya yang mendadak menegang dan hatinya yang bergemuruh hebat.
Tantri menarik nafas, menormalkan kembali detak jantungnya. “Ya udah mbak makan duluan aja, ibu nemuin om Haris duluan ya.” Katanya kemudian melenggang meninggalkan anaknya sendirian.

Romansa Puber Kedua (6)


Romansa Puber Kedua (6)

Sebelumnya Disini

Tantri menghela nafas berat. Ia mengusap wajahnya dengan gusar. Kembalinya Haris benar- benar mengusik hidupnya. Perlahan, kebaikan dan kepedulian lelaki itu membuka kembali romansa kisah mereka. Dan tak dapat dipungkiri Tantri menikmatinya. Apalagi disaat ini dirinya sedang mengalami banyak masalah pasca kecelakaan Galang. Sejujurnya Tantri sangat membutuhkan tempat bersandar atau sekedar bercerita.
“Bu,”
Tantri mendongak. Beberapa saat kemudian ia tersenyum. Gania muncul di depan pintu kamarnya. Sejak kecelakaan adiknya,  Gania memang selalu menyempatkan pulang ke rumah setiap weekend.
“Loh kapan datang, Mbak?”

Senin, 01 Juni 2015

ELROY (3)

Bab III
Sebelumnya Disini

“Maaaamiiiiiiii!”
Perempuan itu tersenyum saat melihat seorang bocah laki- laki yang berlari menerobos pintu kamarnya dengan teriakan yang cukup nyaring. Masing dengan seragam yang melekat di tubuhnya juga sepatu belum terlepas, bocah itu langsung memeluk dirinya yang masih berada diatas ranjang.
“Hati- hati, Sayang!”
Bocah laki- laki itu nyengir lebar. Ia mengurai pelukan lalu menatap perempuan itu. “El sayang mami,”

Romansa Puber Kedua (5)

Sebelumnya Disini

Romansa Puber Kedua (5)


Haris menatap serius layar monitor didepannya. Sejenak kepalanya manggut- manggut, lalu menggeleng beberapa kali, dan terakhir ia menghela nafas panjang untuk menyingkirkan rasa sesak yang datang tiba- tiba.

Sesak?

Haris sendiri bingung dengan perasaan ini. Entah mengapa melihat kesedihan Tantri kemarin, hatinya turut bersedih. Seakan ia sendiri juga mengalami hal menyedihkan tersebut. Raut wajah sendu Tantri selalu mengikuti langkahnya, bahkan kesedihan perempuan itu turut hadir dalam mimpinya.

Sedemikian kuatkah ikatan mereka?