Kamis, 22 Oktober 2015

GENDIS (1)




Satu


“Nih!”

Dahi Gendis mengerut bingung. Di atas mejanya kini terdapat sebuah botol mineral. Ia mendongak menatap Kinar, sahabatnya yang masih bertengger manis di depan mejanya.

“Dari emak gue! Air yang udah didoain supaya enteng jodoh.”

Sontak Gendis terbeliak. Ia memandang horror botol mineral kembali. Lalu kembali menatap Kinar yang kini memasang wajah geli. Gendis mendengus.

Rabu, 14 Oktober 2015

ELROY (25)



Bab XXV

Sebelumnya Disini


“Gue minta maaf.”

Keempat wajah pemuda terbeliak tak percaya. Kejutan. Benar- benar tak pernah diduga akan terjadi.

“Untuk?” Suara Bastian memecah keheningan yang sempat terjadi.

“Semuanya.” Elroy menarik nafas dalam- dalam lalu menghembuskannya perlahan. Dia sudah berjanji pada dirinya juga pada mami jika semua harus dilepaskan untuk hidup damai. Mencoba memulai dari awal kembali. Salah satunya adalah mulai memaafkan.

“Gue tahu selama ini gue bersikap terlalu menyebalkan pada kalian…”

Minggu, 04 Oktober 2015

MAYANG!



Cintapun butuh dikatakan…

(Tulisan diikutkan pada event KATAKAN CINTA FIKSIANA COMMUNITY KOMPASIANA)

Mayang tersenyum lebar saat melihat kedatangan Adrian. Dilambaikan kedua tangan agar cowok itu menyadari keberadaannya yang berada di sudut kanan café. Tempat favoritnya. Sedikit tersembunyi tapi bisa dengan jelas melihat pengunjung yang masuk.


“Sorry… sorry gue telat, May.” Ujar Adrian dengan wajah bersalah. Sembari menarik kursi yang berada di hadapan Mayang, Adrian menjelaskan alasan keterlambatannya. “Macet banget sih! Gara- gara presiden lewat kayaknya.”


“Ck, iye tahu! Nyantai aja kali, Dri!”


Adrian sedikit terkejut. Ia menatap Mayang lekat- lekat. Mayang yang dikenal sedikit bertemperamen. Gampang meledak- ledak. Suka ngambek. Sebelum tiba di sini ia sudah menyiapkan mental menghadapi amukan Mayang. Apalagi mengingat dirinya lah yang menghendaki pertemuan ini, jadi bisa dipastikan kalau Mayang akan marah- marah karena keterlambatannya.


Tapi ini?


“Eh Dri, kok malah bengong?”


“Hah!” Adrian tergagap.


“Yak, bengong dia. Buruan pesen makanan! Nih mbaknya udah nungguin.”


Seketika Adrian tersadar. Ia meringis. Terlalu bingung dengan sikap Mayang membuatnya tak sadar jika seorang wanita berseragam biru muda telah berdiri di samping mejanya. Ia pun segera meraih buku menu yang disodorkan Mayang lalu menyebutkan pesanannya.


“Jadi lo ngajak gue ketemuan kenapa?” Tanya Mayang sesaat setelah kepergian pelayan dari hadapan mereka.


“Lo bilang penting banget lagi.”


“Eh gue…,” Adrian menghela nafas berat. Dalam hati menyakinkan tindakan yang akan dilakukannya adalah benar. Bukan kesalahan yang kelak akan disesalinya.


“Gu..gue mau bilang sesuatu?”


“Soal?” Selidik Mayang cepat.


“Soal…,” Lagi- lagi Adrian menghentikan kalimatnya. Gugup jelas melanda dirinya. Ck, padahal dia sudah berlatih untuk mengatakan hal itu tetapi tetap saja hari ini kerja mulut dan otaknya tak sinkron. Apalagi saat matanya beradu pandang dengan mata milik Mayang, bibirnya makin kelu. Kaku.


“So…soal..” Adrian menarik nafas dalam- dalam lalu menghembuskannya perlahan. Mencoba menormalkan keadaan. “Soal cinta.”


“Cinta? Maksudnya apaan? Lo lagi jatuh cinta? Akhirnya Ya Tuhan, sahabat gue jatuh cinta juga. Alhamdulillah ternyata dia normal.”


Adrian mendelik. Mayang ngawur! Dari dulu dia juga normal. Lelaki tulen yang masih suka lawan jenis. Hanya saja memang dia tak pernah tertarik pada gadis lain. Hanya satu gadis yang di sukainya. Gadis yang sejak awal bertemu telah membuatnya tertarik.


“Berisik banget sih lo!”


Mayang terkekeh. “Gue berisik juga kan karena lo.” Sahutnya santai, “Ya udah terusin cerita lo!”


Cerita?


Adrian melongo. Kok jadi cerita sih? Kan bukan begini maksudnya…


“Buruan Dri, gue mau tahu cewek mana yang lo suka?”


Adrian mendesah. Di helanya nafas panjang. “Iya gue lagi suka cewek.”


“Wah, selamat! Congrats my bro!” Pekik Mayang senang membuat Adrian memutar bola matanya jengah. Berlebihan!


“Cewek mana? Gue kenal nggak? Wah lo mesti kenalin gue sama tuh cewek, Dri. Secara gue kan sahabat terbaik lo.”


Adrian hanya menggeleng lalu membuang muka. Kenapa jadi semakin sulit?


“Kalau lihat tampang ngenes lo gini kayaknya something wrong ya sama cewek yang lo suka, Dri?”


Adrian menoleh lalu mengangguk perlahan membuat mata Mayang membulat seketika. “Seriusan lo? Ada apaan? Tuh cewek udah punya cowok ya? Ish lo ini perkara dia punya cowok abaikan saja, yang penting lo ungkapin aja perasaan lo.” Cerocos Mayang tak henti.


“Emang penting?”


“Apaan?” Kedua alis Mayang bertaut bingung.


“Ngungkapin perasaan kata lo tadi.” Ujar Adrian lirih, “Emang nggak cukup dengan sikap dan tindakan gue yang perhatian sama dia.”


“Ck, Dri. Gue kasih tahu ya cewek itu butuh kepastian. Butuh kata- kata jelas. Bahasa tubuh sama kode- kode itu sulit dipahami. Bisa dibilang PHP doang kalau sampe nggak ngomonglah.”


“Oh.” Mulut Adrian membulat. Kepalanya mengangguk paham. Sepertinya rencananya harus tetap dilaksanakan. Mengatakan apa yang dirasakannya.


“Kenapa, Dri? Sulit banget ya?” Adrian mengangguk lemah.


“Semakin sulit karena cewek yang lo suka sahabat lo sendiri kan?” Adrian terhenyak kaget. Bola matanya membulat seketika.


“Gue tahu kok lo suka sama gue.” Mayang menyeringai, “Oh bukan tepatnya cinta sama gue.”


APA!!


-end-


Lampung, Okt 2015


ELROY (24)


Bab XXIV

Sebelumnya Disini


Mencintai tapi saling menyakiti.

Cih! Itukah cinta?

Mami sangat mencintai papi.

“Cinta?” Kening Elroy mengernyit. Cinta bukan kata yang asing tetapi mengapa mendengar kata itu meluncur dari bibir ibunya menjadi terasa janggal. Aneh.


Kamis, 01 Oktober 2015

ELROY (23)


Bab XXIII

Sebelumnya Disini


Elroy merutuk dalam hati saat banyak wartawan tiba- tiba merangsek maju ketika ibunya keluar dari rumah sakit. Keadaan Astrid memang sudah membaik, hingga ia diizinkan pulang. Hal yang tentu disambut gembira banyak pihak terutama Elroy dan Anya. Meski mami ditempatkan di ruangan VIP sekalipun, rumah sakit tetap rumah sakit. Nggak bikin nyaman.

“Jadi tante Astrid gimana kabarnya?”

“Menurut dokter sakit apa yang diderita?”

“Keluhan awalnya gimana, tante?”