Kamis, 21 April 2016

[Cermin] Hari Pertama

gambar diambil dari dark.pozadia.org


HARI PERTAMA

Dia di sana. Berdiri tegak menjulang di sebuah halte bis kosong yang berada di seberang jalan. Wajahnya terlihat pucat, tapi tidak lemah. Dia justru terlihat kuat.

Berkali- kali ia menghembuskan napasnya sembari menoleh ke kanan dan ke kiri. Terlihat gugup memang, tapi dia juga berusaha untuk bersikap tenang.

Tiba- tiba tubuhnya terlihat menegang. Tiga orang lelaki terlihat mendekatinya. Ketiganya bersiul, sembari melontarkan kata- kata menggoda. Salah satu diantaranya bahkan berani menyentuh tubuhnya membuat darahku menggelegak.

Lelaki itu cari mati!

Tapi sekuat tenaga aku menahan diri. Aku yakin dia mampu menghadapinya.

Mereka bergerak meninggalkan halte. Dia terlihat menggiring ketiganya menjauh. Wajahnya yang semula tegang, terlihat lebih santai. Bahkan sesekali ia melemparkan senyum menggoda pada ketiga pemuda itu.

Aku mengumpat. Awas saja dia!

Kuikuti terus geraknya. Ternyata ia membawa ketiganya ke belakang deretan ruko yang berada tak jauh dari jalan. Tempatnya memang sepi. Takkan ada yang orang yang lewat di sana. Benar- benar tempat yang ‘baik’.

Seorang dari ketiganya terlihat tak sabar mendekat. Lelaki itu bahkan berani merangsek maju untuk menciumnya, namun dia lebih sigap untuk menghindar.

“Sabar, sayang!” ujarnya yang disambut kekehan lelaki tersebut. Dua laki- laki lainnya pun tertawa mengikuti. Wajah keduanya pun sama tak sabarnya dengan lelaki sebelumnya.

“Well, siapa duluan?” senyumnya menggoda. “Satu- satu atau langsung bertiga?”

Aku berdecak. Tawarannya menggoda. Wajah jika ketiga laki- laki terbelalak menatapnya. Gairah ketiga sudah tidak dapat ditutupi.

“Kau sanggup dengan kami bertiga, cantik?” tanya salah satu dari laki- laki.

Dia tersenyum lebar, “Tentu saja!”

Dan tak menunggu lama bagi ketiga laki- laki itu untuk menerjang dirinya. Seorang diantaranya berhasil mendekat wajahnya dan bersiap untuk mencium bibir merah muda miliknya. Satu diantara yang lain bahkan tak sabar untuk melucuti pakaiannya. Semuanya terlihat seperti seharusnya. Satu gadis akan menghadapi gairah tiga laki- laki.

Namun sepersekian detik keadaan berubah. Ketiga lelaki menjadi terkapar tak berdaya di tanah. Masing- masing merintih kesakitan dengan memegangi lehernya yag terluka. Dia, gadis itu berdiri tegak menunduk diantara ketiga laki- lakinya yang mengerang kesakitan. Erangan ketiganya terdengar memilukan membuatku tersenyum puas.

Sedetik kemudian aku memunculkan diri di hadapannya. ““Gimana? Enak jadi Vampir apa manusia?” tanyaku padanya.

Dia mendongak. Matanya nyalang dan memerah. Leleran darah segar masih terlihat di bibir bawahnya. Tak lama ia menyeringai memperlihatkan dua taring diantara deretan gigi putihnya.

“Rasanya manis,” katanya yang membuatku terbahak. Gadisku memang menakjubkan. Baru kemarin aku mengubahnya dan hari ini dia berhasil mendapatkan tiga darah segar.

“Hari ini kamu luar biasa, cantik!”

Lampung, April 2016



Cerita dibuat dari fiksi mini

HARI PERTAMA.“Gimana? Enak jadi Vampir apa manusia? –Putri Apriani-




0 komentar:

Posting Komentar