sebelumnya di sini
“Ck, laki-laki dimana-mana sama saja! Centil!”
Tantra menoleh. Ia sedikit tersinggung dengan ucapan Agni.
Tadi saat menyadari keberadaan wanita itu, Tantra segera menghampiri dan
menarik Agni menjauh dari Meliana juga Gerry. Tantra berpikir keduanya butuh privacy untuk menyelesaikan masalah.
Beruntung meski dengan dahi mengerut, Agni tak protes saat dibawanya pergi.
“Buktinya…” cibir Agni ketus. Tak lama ia menoleh kanan kiri.
“Terus kita ngapain di sini sih?”
Tantra meringis. Mereka kini berada di halte yang tak jauh
dari café. Ia tadi hanya mengikuti langkah kakinya untuk menjauh.
“Mau ke pesta itu?” tanya Tantra akhirnya.
“Boleh,” jawab Agni siap berdiri. “Tapi lo kenal kan sama
yang ultah?”
“Nggak.” geleng Tantra. “Kan aku diajak Gerry.”
“Yah,” Agni mendesah kecewa. “Gue aja diajak Meliana.”
Tantra mengerut tak lama sudut bibirnya berkedut menahan
tawa. Entah apa yang sebenarnya terjadi
di sini?
Tapi satu hal yang pasti, ia dan Agni sama-sama korban.
“Terus gimana? Mereka itu juga udah belum berantemnya sih?”
gerutu Agni kesal sembari kembali mendudukkan dirinya di bangku panjang halte.
Dalam hati ia menyesali kenapa mau saja mengikuti Tantra. Tahu begitu, lebih
baik menyeret Meliana untuk tetap menghadiri pesta ulang tahun temannya
daripada membiarkan sahabatnya berdua dengan lelaki playboy macam Gerry.
Meliana bodoh!
Benar-benar bodoh!
Apa sih yang diharapkan
dari laki-laki seperti itu.
Sekali playboy tetap
playboy.
Susah laki-laki seperti
Gerry itu bertobat, huh!”
“Ni! Agni!”
Agni terkesiap. Dia menoleh dan menatap Tantra. “Apa?”
“Kamu nggak dengar aku nanya ya?”
Kedua alis Agni bertaut. Ia terlalu dalam melamun ternyata.
“Nanya apa?”
Sesaat Tantra menghela napas pendek. “Ke sini naik apa?”
“Mobil.”
“Mobil lo kan?”
Agni menggeleng. “Mobil Meliana,”
“Kuncinya?”
“Di gue,” kata Agni seraya mengambil kunci mobil yang tadi ia
masukkan ke dalam tas lalu menggoyang-goyangkannya di depan Tantra. Sedetik
kemudian ia melihat Tantra menghembuskan nafas lega.
“Bagus deh!” Ujar Tantra kemudian. “Sekarang mending kamu
pulang!”
“Loh kok gitu?” Agni bingung.
“Tadi kamu nggak lihat ya kalau mobil Gerry lewat. Mereka
sudah pergi,”
“Mere… Sial!” Umpat Agni saat menyadari maksud ucapan Tantra.
Tahu gitu, ia tak mengiyakan ajakan Meliana.
Argh…
“Yuk aku antar ke mobil!” Tantra berdiri. Agni menyusul
dengan wajah cemberut.
Sialan, Meliana!
Awas aja besok ketemu!
“Yang mana mobilnya?”
Agni terhenyak. Karena sejak tadi ia menggerutu, ia tak sadar
jika mereka sudah kembali ke parkiran depan café. Agni pun celingukan sesaat
sebelum kemudian melangkah menghampiri mobil Meliana. Baru saja ia membuka
pintu, ia pun tersadar sesuatu.
“Tantra!” Serunya. Laki-laki itu ternyata tak mengikutinya.
Tantra menggeleng melihat sikap Agni sebelum kemudian
mendekati wanita itu.
“Lo balik sama siapa?” tanya Agni kemudian. “Lo ke sini sama
Gerry kan?”
“Iya.” Jawab Tantra. “Aku pulang naik taksi aja,”
“Oh,” Agni membulatkan bibirnya. Ada perasaan iba di hatinya
melihat Tantra. Biar bagaimanapun keduanya mengalami nasib yang sama.
Sama-sama dilupakan
sahabat, huh!
Pasangan gila, rutuk Agni lagi.
“Gue antar aja yuk!”
Sedikit terkejut dengan tawaran Agni, tetapi tak lama kepala
Tantra mengeleng. “Duluan aja, Ni! Aku lapar. Mau cari makan dulu.” jelasnya.
Dahi Agni berlipat. Sekilas tatapannya berpindah ke café.
“Mau ke dalam?”
Tantra lagi-lagi menggeleng. “Nggak,”
“Lah terus lo mau makan dimana?”
“Di sana!” Tantra menunjuk deretan pedagang kaki lima yang
berada di seberang parkiran.
Kerutan di dahi Agni bertambah sebelum kemudian ia
mengurungkan niatnya untuk masuk mobil.
“Gue boleh ikut kan?”
***
Keheranan tak lepas dari pikiran Tantra sejak Agni mengatakan
ingin mengikutinya makan di tenda pedagang kaki lima. Menilik dari penampilan
serta rumah yang pernah dilihatnya, tentu Agni itu tergolong gadis kaya. Dan
seingatnya, gadis-gadis seperti Agni begitu menghindari pedagang kaki lima yang
dinilai tak higienis.
Dan keheranannya makin bertambah melihat bagaimana santainya
dan luwesnya gerak Agni. Sama sekali tak terpancar pandangan jijik atau aneh
saat makan.
Gadis ini…
“Hmm, enak,” Agni tersenyum lebar. “Thanks ya, “
Eh?
“Thanks untuk?”
“Makan di sini,”
Tantra mengerut bingung. Agni ini tak tertebak. “Udah lama
gue nggak makan begini.” Kata gadis itu lagi.
“Emang lo suka makanan pinggir jalan?”
“Asal bersih kenapa nggak?” sahut Agni kalem. “Gue dulu
sering wisata kuliner sama Sava. Tapi sejak dia sibuk, gue juga sibuk. Udah deh
jarang banget kita makan-makan di pinggir jalan begini,”
“Sava?”
Agni mengangguk. “Sahabat sekaligus sepupu gue.”
“Oh,” Mulut Tantra membulat. Ada kelegaan yang tak dimengerti
saat Agni menjelaskan siapa Sava.
Eh, tapi apa urusanku?
“Tantra, Kita udah berapa kali sih ketemu nggak disengaja?”
Tantra mengangkat kepalanya. Sebelah alisnya terangkat
bingung. Tak lama ia menggeleng seraya meraih gelas minuman.
“Sering ya?”
Sering banget! Saking seringnya Tantra merasa
sudah kebal dengan sikap jutek atau aneh pada diri Agni.
“Ada yang bilang kalau nggak sengaja ketemu tiga kali itu
jodoh loh,”
Uhuk!
Tantra tersedak.
Agni tergelak. Tantra
itu lucu!
“Tra! Temenan yuk!”
***
Seringai tercipta di wajah Askar saat melihat foto-foto yang
ditunjukkan Tantra padanya.
“Hmm, cantik-cantik!” gumamnya yang membuat Tantra mencibir
dalam hati. Ia baru saja menyerahkan data wanita-wanita yang lolos dalam tahap
penyisihan. Tim yang dibentuk untuk menjaring wanita-wanita pilihan kemarin
mengirimkan data-data kepada dirinya. Dan sesuai kesepakatan, baik Askar dan
Bram harus mengetahuinya.
Bram bahkan ikut turun untuk memilih wanita-wanita yang
dirasa potensial.
Ck, entah apa ini! gerutu Tantra. Cari Istri sudah
seperti permainan. Pak Bram begitu semangat, sedangkan anaknya?
Tantra bukan tak tahu isi otak bosnya.
“Nanti gue pilih,” ujar Askar yang menarik kesadaran Tantra. “Lo
udah kirim ke Papa?”
Tantra mengangguk. “Sudah, Mas.”
“Pasti Papa Mama ikut-ikutan nilai ya?”
Tantra nyengir. Tak lama kepalanya mengangguk. Askar berdecak
gusar, tetapi tak lama ia kembali tersenyum lebar.
“Tak masalah kalau cantik-cantik begini,”
Astaga, isi otak Mas
Askar…
“Ya sudah teruskan pekerjaan lo! Oh ya nanti siang gue nggak
ada jadwal kan?”
Tantra menggeleng. Askar mengangguk lalu mengibaskan tangan
kanannya. Tantra yang paham pun segera mengundurkan diri. “Permisi, Mas.”
Katanya sebelum kemudian berbalik dan meninggalkan ruangan Askar.
Selang beberapa menit kemudian, ia terpekur di meja kerjanya.
Hatinya sedikit gundah menemukan nama Salsa dalam data peserta yang lolos.
Bahkan nilai gadis itu cukup tinggi. Ia juga menjadi salah satu gadis yang
direkomendasikan Pak Bram. Memang ada banyak gadis yang masuk radar penilaian
bos besarnya, tetapi tetap saja Tantra gelisah.
Kesempatan Salsa begitu besar berarti.
“Makanya ngomong kalau
suka, jangan dipendam melulu.”
Tantra teringat pembicaraannya dengan Gerry. Sahabatnya itu memang
sudah lama menyuruhnya untuk mengungkapkan isi hati. Tetapi sayangnya belum
pernah Tantra lakukan.
Gimana mau ngomong
kalau sekarang saja mereka sudah jarang bertemu.
Dirinya sibuk. Salsa juga tak kalah sibuk.
Argh…
Sayembara menyebalkan!
***
“Ni, udah mau pulang?” tanya Lintang yang diiyakan Agni. “Sendiri
apa dijemput?”
“Sendiri.”
“Bawa mobil emangnya?”
Agni menggeleng. “Taksi ada, ojek banyak.”
Lintang tergelak dan menggeleng geli. Agni memang jarang
membawa mobil sendiri. Jika tak diantar supir, gadis itu memilih menggunakan
taksi atau ojek online yang katanya lebih praktis dan efisien.
“Tapi kayaknya lo hari ini bakal ada yang nganter pulang deh,”
Kepala Agni mendongak seketika. “Maksud lo, Mbak?”
“Askar ada di sini,” sahut Lintang dengan mata berkedip.
Agni berdecak. “Apa urusannya?”
Lintang kembali tertawa. Wajahnya dicondongkan ke depan. “Gue
tahu dia lagi ngedeketin lo, Ni. Kemarin kalian makan siang bareng kan?”
Agni meringis kemudian. Sial! Kalau begini ia bisa dijadikan topic
pembicaraan orang-orang sekantor.
“Beruntung deh lo, Ni dideketin putera mahkota. Tajir iya,
ganteng nggak usah ditanya.” Ujar Lintang lagi.
Jangan lupa playboy!
Kepala Agni menggeleng untuk beberapa saat. “Gue nggak ada
apa-apa, Mbak sama dia. Lagian bukannya lo yang lagi ngurusin sayembara buat
calon istri dia ya,”
“Eh, iya—ya.” Lintang menepuk dahinya perlahan. “Lupa gue.
Eh, tapi lo tuh cocok tahu, Ni sama dia. Secara lo cantik, smart lagi. Keluarga
kalian sepadan juga.”
“Itu kan menurut lo, Mbak.”
“Iya sih. Kan gue nggak tahu hati lo ya,”
“Nah itu tahu!”
“Kalau gitu kasih tahu gue, perasaan lo ke dia sebenarnya
gimana sih?”
Agni mendengus. Ujung-ujungnya
kan?
“Nggak ada apa-apa, Mbak antara gue sama Askar.” Ucap Agni
pelan.
“Belum,” cengir Lintang.
“Hah!”
“Witing tresno jalaran
soko kulino,” senyum Lintang yang disambut decakan Agni.
“Apa-apaan sih lo, Mb…,”
“AGNI!”
Spontan Agni menghentikan kalimatnya dan berbalik. Sedetik
kemudian ia mendengar Lintang berbisik di telinganya.
“Nah tuh akhirnya sang pangeran datang!”
***
“Lo tuh nggak perlu repot-repot nganter gue, Kar?”
“It’s Ok, Ni. Kan kebetulan aku balik ke kantor juga.”
Askar memang sekarang sering bolak-balik stasiun TV dimana
Agni bekerja. Selain memang tujuannya mendekati Agni, ia pun memantau sejauh
mana perkembangan ajang sayembara yang digagas Ayahnya. Apalagi kabarnya para
gadis yang lolos tahap penyisihan mulai dikumpulkan.
Ah, memang benar
pepatah mengatakan sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
“Kenapa senyum-senyum? Lo nggak lupa kan jalan ke rumah gue?”
Eh,
Askar terkekeh pelan. Ia nyaris lupa berbelok. Meski sudah
cukup lama tak bertemu, Askar tak begitu saja lupa letak rumah Agni. Ingatannya
cukup kuat.
“Tenang aja. Aku masih belum lupa.” Jawabnya santai. “Oh ya
gimana kabar Arga? Lama banget udah nggak ketemu,”
Kening Agni mengernyit. “Bukannya kalian sering ngumpul ya?”
Meski tak bersahabat dekat, hubungan Askar dan kakaknya cukup
baik. Seingatnya dulu mereka sering berkumpul bersama teman-teman sesama
pengusaha muda lainnya.
Askar tertawa. “Kamu nggak lupa kan kalau kakak kamu itu family man sekarang. Dia hanya akan
datang di pertemuan resmi yang membosankan. No
bar! No alcohol!”
Senyum Agni terulas. Hatinya sedikit bangga. “Bagus dong!
Berarti Mas Arga laki-laki yang bertanggung jawab dengan keluarga.”
“Ya ya ya!” Askar manggut-manggut. “Kurasa Arga begitu
menikmati hidupnya sekarang.”
“Tentu saja.” sahut Agni. “Istri cantik, anak-anak yang
manis. Apalagi,” Sambungnya sembari mengingat harmonisnya kehidupan rumah
tangga kakaknya. Ah, ini yang terkadang membuatnya iri.
“Kamu iri?”
“Hah?” Agni menoleh.
“Mau membangun rumah tangga denganku?”
***
Lampung, November 2016
selanjutnya di sini
makasih Pak
BalasHapuskelinci99
BalasHapusTogel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino