Jumat, 19 Februari 2016

[Cerpen] Cerita Tiga Sahabat

sumber gambar : www.imunosolg.tk


Wajah Rama sumringah. Cerah. Membuat kedua temannya mengerutkan kening heran.

“Kasih selamat ke gue dong, Guys!” Davi dan Lian saling berpandangan sesaat sebelum akhirnya menggeleng. Selamat untuk?

“Ck, kalian nggak asik!” Gerutu Rama tapi masih dengan senyum di wajahnya. “Gue jadian sama Jia. Dia nerima cinta gueeeee!” Lanjutnya dengan berseru girang.

Keduanya terbelalak. “Woho, akhirnya lo nyusul gue, Bro!” Davi mengacungkan jempolnya, “Lepas dah tuh status jomblo!”

“PJnya jangan lupa nih!” Sambungnya yang disambut anggukan Rama.

“Beres!”

“Gue udah Rama udah. Jadi lo kapan, Yan? Masa mau jomblo terus!”

Lian mendengus. Davi rese! “Iya, Yan. Nanti tiap malam minggu lo ngedekem di rumah. Kan nggak asik, bro!” Rama menimpali kata- kata Davi membuat wajah Lian makin gusar.

“Cari pacar gih, Yan. Biar kita bisa jalan bareng sama pacar masing- masing. Triple date gitu!”

Lian memutar bola mata jengah. Bully akan menghampiri harinya!

***

“Masih betah aja Yan ngejomblo?”

“Hooh, nggak bosen lo saban malam minggu sendirian aja?”

Lian mendengus gusar. Sudah dua bulan sejak Rama jadian dan seperti dugaannya kedua temannya selalu mempermasalahkan status dirinya.

“Atau gini deh, malam minggu besok lo ikut gue jalan sama Rasti. Lo juga Ram ajak Jia biar nanti gue minta Rasti bawa temen ceweknya satu. Ya sapa tahu cocok kan sama Lian,” Usul Davi kemudian.

“Boleh- boleh! Gue setuju.” Rama mengangguk senang.

“Nggak perlu!” Sergah Lian. “Nggak minat gue! Lagian kenapa kalian ribut mulu sih, lah gue yang sendiri asik aja tuh!”

“Ya kita kan mau lo juga happy, Yan. Nggak ngenes sendirian?”

“Emang gue terlihat ngenes?” Lian terkekeh, “Biasa aja kali. Udah ah, nggak usah ngeributin gue. Kalian urus aja sana pacar masing- masing!”

“Udahlah gue aja santai, kenapa kalian yang repot!” Lanjut Lian, “Gue itu bukannya nggak laku. Tapi buat gue sekarang, pacaran belum jadi kebutuhan penting. Ngapain coba? Urusan gue asih sekolah. Kejar cita-cita. Nah, nanti kalau gue udah mapan cewek juga datang sendiri.”

“Ck, ceramah lo!” Davi bersungut- sungut gusar. “Pacaran itu enak, Yan. Ada yang merhatiin. Ada yang peduli.”

Lian terkekeh. “Lah emak babeh gue apa kabar kalau gitu? Mereka lebih peduli dan merhatiin gue lebih dari apapun di dunia ini.”

“Aish, suka- suka lo lah. Gue cuma nggak mau lo jones!”

***

Tampang Rama yang lusuh membuat Lian mengernyit bingung. Apalagi sahabatnya itu muncul di malam minggu. Catat! Malam minggu!

“Kok lo kemari? Seingat gue ini malam minggu.”

Rama merengut. “Jadi gue nggak boleh kemari?”

“Ya nggak gitu. Tapi tumben!” Mengingat nyaris empat bulan Rama tak pernah ke rumahnya tiap malam minggu, wajarlah kalau Lian sedikit heran. “Biasanya kan lo ngapel cewek lo.”

Sesaat hening.

Rama tak menjawab, Lian menggeleng bingung.

“Sakit hati gue.”

Alis Lian bertaut. Rasa penasaran makin menggelitiknya. Tapi ia berusaha menahan diri untuk tidak berkomentar. Membiarkan Rama bercerita sendiri.

“Gue sayangnya tulus. Eh malah diselingkuhin.”

Lian terkejut sesaat. Ia mulai paham masalah Rama.

“Apa sih Yan yang nggak gue kasih ke dia? Sampe diomelin mami gara- gara uang jajan gue abis mulu juga rela. Ck, sialan tuh cewek!”

“Tau gini sih mending gue jomblo!”

***

“Dav, selamat ya.”

“Thanks Yan. Makasih lo mau datang!”

Lian mengangguk. Sesaat setelah bersalaman, dia pun beranjak pergi. “Gue masih antara percaya nggak percaya, Yan dateng kemari,” Rama berbisik di sampingnya.

“Gila ya, mau gimana nasib dia. Lulus aja belum udah mau jadi bapak.” Sambung Rama, “Untung berarti ya Jia selingkuh jadi gue bisa putus cepat- cepat.”

Lian hanya manggut- manggut mendengar ucapan Rama. Sejujurnya dia sendiri masih shock ketika dua hari lalu Davi mengatakan akan menikah. Pernikahan tertutup dan sederhana. Kesalahan yang dibuat Davi cukup mencoreng nama baik keluarganya.

“Benerkan kalau gitu mending jomblo.” Rama kembali berbicara. Lian mencibir dalam hati. Siapa yang kemarin meributkan status ini sih?





Lampung, Februari 2016
[ISL]
Cerpen juga dipost di Kompasiana

1 komentar: