Kamis, 28 Januari 2016

[Cerpen] MODEL



-Cantik, manis dan menawan. Aku harus mendapatkannya.- 

*** 
Krisna terpana menatap layar dihadapannya. Tak henti- henti bibirnya berdecak dan mengeluarkan kata pujian. 


"Its perfect!" Gumamnya kemudian. 

"Dia bakal menang!" Lanjutnya lagi, "Gue yakin!" 

Krisna pun tersenyum. Pikirannya mengembara. Membayangkan sosok yang kini menghiasi layar monitornya. Gadis yang menarik perhatiannya. Kecantikan khas perempuan timur yang membuat Krisna yakin sejak awal pertemuan. 

*** 
"Lo mau jadi model gue?" tanya Krisna pada Puri, gadis yang baru saja dikenalkan Diaz, sahabatnya. 

"Wait, wait, Bro! maksud lo apaan?" Diaz menatap Krisna. Hari ini ia yang sedang makan siang bersama dengan sahabatnya, tanpa sengaja bertemu Puri, teman kecilnya. Puri memang cantik, namun tak menyangka jika pada pertemuan pertama, Krisna langsung menawari Puri menjadi modelnya. 

Model? Tunggu! 

"Sejak kapan lo tertarik motret manusia?" Ucap Diaz tanpa sadar. Sepanjang ingatannya ia tahu sahabatnya lebih menyukai pemandangan alam daripada lekuk tubuh manusia. 

Krisna tergelak. "Sialan! Lo kira gue nggak pernah foto orang!" 

"Ya setahu gue gitu!" Balas Diaz, "Ya paling lo foto ponakan doang! Lainnya gunung, laut, jalan!" 

Perkataan Diaz membuat Krisna tertawa kembali. Tak salah memang yang dikatakan Diaz. Selama menekuni dunia fotografi, ia tak pernah tertarik memotret orang secara pribadi. Ia lebih menyukai mengambil gambar lingkungan dan alam. Mengagumi hasil karya Tuhan yang luar biasa. Namun tidak kali ini, entah mengapa sosok gadis yang kini duduk di hadapannya membuatnya tertarik. 

"Jadi gimana?" Krisna menatap Puri mengabaikan pertanyaan Diaz, "Seingat gue bulan depan ada lomba pemilihan model gitu!" 
Puri mengernyitkan dahi kemudian menatap Diaz yang dibalas Diaz dengan mengendikkan bahunya. Baginya, bukan baru kali ini saja ia ditawari sebagai model, sudah berkali- kali sejak ia masih di bangku sekolah menengah. 

"Thanks, tapi sorry gue nggak berminat!" Ujarnya sambil tersenyum. 

"Alasannya?" tanya Krisna penasaran, "Padahal gue yakin lo punya kemapuan itu!" 

Puri menggeleng, "Sorry, gue sama sekali nggak tertarik!" 

"Ya udah, Bro. Dia nggak mau. Emang kayak gunung yang mau aja lo foto!" Ucap Diaz kemudian. Sejujurnya ia sendiri tak enak hati bila Krisna memaksa Puri. 

Krisna terkekeh menanggapi candaan Diaz. Ia pun menarik nafas panjang. "Ya udahlah!" Katanya pasrah, "Tapi boleh dong gue minta nomor HP lo? Ya siapa tahu elo bisa kenalin gue ke teman- teman cewek lo!" 

Puri tergelak, "Huu...modus! Tapi tetep aja gue nggak pernah minat jadi model!" 

Krisna tersenyum tipis. "Kita lihat aja nanti," gumamnya dalam hati. 
*** 

Bukan Krisna kalau ia menyerah begitu saja. Dengan wajah dan senyum memikat, serta tubuh proporsional, Krisna yakin Puri dapat memenangkan lomba itu. 

"Astaga Kris! lo nggak capek apa tiap hari ngikutin gue?" 

Krisna tersenyum mendengar ungkapan kekesalan Puri. Ya, hampir dua minggu ini ia selalu menemui gadis itu. Ia masih belum menyerah membujuk Puri untuk menjadi modelnya. 

"Lo itu nggak ada kerjaan apa? Tiap hari ada di depan kantor gue!" 

Kali ini Krisna tergelak, ia menyukai ekspresi kesal yang ditunjukkan Puri. Dengan wajah cemberut, Puri justru semakin menggemaskan, pikirnya. 

"Sampai elo mau jadi model gue, gue nggak akan nyerah!" Sahut Krisna sambil tersenyum simpul. 

Puri mendengus sebal, "Haish, lo ini ya!" 

"Ya udah ah, yuk gue anter sekalian lo pulang!" Ajak Krisna kemudian. 

Kali ini Puri tersenyum simpul, "Yess, irit ongkos gue!" 

Sejujurnya ia tahu motif dibalik Krisna yang selalu menjemputnya pulang kantor. Namun entah mengapa Puri sama sekali tak keberatan. Selain memang menghemat ongkosnya, pribadi Krisna pun ternyata sangat menyenangkan. 

"Bukannya tiap hari ya!" Cibir Krisna yang membuat Puri tertawa. 

"Loh gue kan nggak pernah minta," protes Puri di sela tawanya. Tawa yang membuat hati Krisna berdesir. Gue suka lihatnya. 

"Ya ya ya, terserah lo deh!" Sahutnya kemudian seraya mengacak rambut Puri dengan cuek. 
*** 

"Ok Fine! gue nyerah!" 

"Yess!" Seru Krisna riang. Akhirnya nggak sia- sia, gumamnya dalam hati. 

"Ya udah jadi kapan?" 

Krisna tersenyum, "Eits, santai non! Nggak usah buru- buru gitu!" 

"Lebih cepat lebih baik," Sahut Puri datar. 

"Gampanglah nanti gue kabarin," Ucap Krisna, "Btw, kenapa akhirnya lo mau jadi model gue?" 

"Mau tahu aja atau mau tahu banget?" Puri tersenyum jahil. 

"Ya elah Non, ngalay amat!" 

Puri tertawa, "Udahlah, yang penting gue udah mau kan!" 

Krisna mengangguk- anggukkan kepala, "Iya deh." 
*** 

Seperti perkiraannya di awal, Puri memiliki daya tarik yang memikat. Gadis cantik itu terlihat semakin menawan dan istimewa dalam kamera foto. Tak jemu ia memandangi hasil foto- foto Puri yang diambilnya kemarin. Krisna tersenyum puas menatap layar monitornya yang menampilkan Puri dalam berbagai gaya-yang tentu saja atas arahannya. 

Puas menatap gambar Puri, Krisna melirik majalah wanita yang berada di sebelah komputernya. Majalah yang sengaja ia beli karena di dalamnya terdapat formulir lomba model yang ia tawarkan pada Puri. 

Jemari Krisna membolak- balik majalah tersebut. Ia menemukan banyak pose model wanita memamerkan baju juga beberapa selebriti terkenal tanah air. Krisna pun mengulum senyum membayangkan Puri akan menjadi bagian dari mereka. Sesaat matanya tertutup membayangkan wajah puri terpampang di majalah itu. 

Puri yang melenggak- lenggok di panggung acara. Puri yang memenangkan lomba. Puri yang tersenyum dalam terpaan lampu blitz. Puri yang menerima banyak kontrak. Puri yang akan tampil di layar TV yang akan membuatnya semakin terkenal. Puri yang akan dikagumi banyak orang juga... 
Mendadak tubuhnya menegang. Senyum manis Puri berkelebat dalam bayangannya. Senyum yang membuat hatinya selalu menghangat. Senyum itu... 

*** 
"Udah dikirim?" Sontak pertanyaan Puri membuatnya terlonjak. 

"Eh itu... ehm," Mendadak rasa gugup menghampiri Krisna. Lidahnya kelu. Bayangan Puri yang menjadi terkenal melintas dalam pikirannya. 

"Kris! Krisna!" Panggil Puri kemudian, "Kok lo bengong aja," 

"Eh, oh nggak kok!" Krisna menggaruk- garukkan kepalanya yang tidak gatal. Entah mengapa hari ini ia merasakan ada yang berbeda dari Puri. Ehm, Puri terlihat semakin cantik di matanya. 

"KRISNA!" Puri sedikit berteriak, ia sedikit kesal karena sejak tadi ia menyadari Krisna sibuk dengan lamunannya. Mengabaikan kehadirannya. 
Krisna terkesiap. Wajah gadis dihadapannya sedikit memerah. Terlihat sekali kekesalan melingkupinya. 

"Sorry, sorry deh!" Ujarnya kemudian menghela nafas panjang sambil menormalkan detak jantungnya yang terus berdegup sejak bertemu dengan Puri beberapa menit lalu. 

"Jadi pertanyaan gue?" 

"Oh," Sahut Krisna singkat, "Ehm itu...," Bagaimana mengatakannya, batinnya berkata. 

"I... itu nggak gue kirim," Ujar Krisna pelan. 

Puri mengernyitkan dahi, "Nggak atau belum?" 

Krisna menggeleng, "Nggak! Nggak akan gue kirim!" 

"Loh kok?" Puri semakin penasaran, "Jelek ya hasilnya? Gue bilang juga apa gue itu nggak menarik," 

Krisna menggeleng kembali, "Foto- fotonya bagus. Sangat bagus malah. Tetapi...," 

Ia menarik nafas panjang, mencoba mengumpulkan keberaniannya. "Gue nggak mau kehilangan lo," 

Puri menatap Krisna tanpa kedip, "Mak...Maksud lo?" 

"Aku nggak mau kamu berubah, aku nggak mau kamu terkenal dan disibukkan dengan orang lain. Aku selalu nyaman sama kamu. aku nggak mau kehilanganmu. Aku sayang kamu," 

Sedetik kemudian Puri terpana. "Krisna," 

-END- 

Lamsel, 27 Sept 2014 

3 komentar: